School of Information Systems

ADA EMAS DALAM SAMPAH ELEKTRONIK

“Sampah seseorang adalah bahan mentah bagi orang lain. Sektor sampah dan pendaur ulangan akan memainkan peran yang menentukan di dalam Perekonomian Hijau pada abad ke-21” (Achim Steiner, Direktur Eksekutif dari Program Lingkungan Hidup PBB).

Sampah Elektronik di Indonesia

Sampah elektronik (e-waste) saat ini merupakan masalah lingkungan global yang muncul di hampir semua negara, termasuk di Indonesia. Percepatan penemuan teknologi di bidang elektronik, ternyata tidak sebanding dengan penemuan teknologi daur ulang elektronik, sehingga membuang sampah elektronik ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bersama limbah lain adalah menjadi pilihan pertama. Inovasi teknologi yang dikembangkan saat ini tidakpernah bertahan lama, sehingga mendorong konsumen untuk mengganti barang elektroniknya dengan yang baru dalam kurun waktu lebih cepat.

Industri elektronik sudah merevolusi dunia. Tanpa produk-produk elektronik, kehidupan modern yang ideal tidak akan terwujud. Produk-produk ini mewarnai hampir semua sektor kehidupan. Sampah elektronik jika tidak dikelola dengan baik akan membahayakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Fasilitas pengolahan sampah, termasuk sampah elektronik, masih sangat jarang ditemui di Indonesia. Masyarakat di sini masih banyak membuang sampah elektronik di TPA.

Meningkatnya jumlah sampah elektronik di Indonesia dikarenakan beberapa faktor, antara lain: (1) minimnya informasi mengenai sampah elektronik kepada masyarakat, (2) belum adanya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah elektronik untuk penggunaan skala rumah tangga (home appliances), (3) pemahaman yang berbeda antar institusi, termasuk Pemerintah Daerah tentang sampah elektronik dan tata cara pengelolaannya, (4) belum tersedianya data yang akurat mengenai jumlah penggunaan barang-barang elektronik di Indonesia,dan (5) belum tersedianya ketentuan teknis lainnya, contohnya sajausia barang yang dapat diolah kembali (Jehan, 2012, ylki.or.id).

Emas dan Sampah Elektronik

Aksi daur ulang sampah elektronik menjadi tambang emas yang mampu menjadi solusi masalah ekonomi dan lingkungan. Tata kelola sampah mampu menciptakan peluang dengan bermacam manfaat. Diantaranya adalah membantu meningkatkan pendapatan dan kualitas kesehatan masyarakat. Namun laporan berjudul Guidelines for National Waste Management Strategies: Moving from Challenges to Opportunities ini menyatakan bahwa sebanyak 3,5 miliar penduduk dunia tidak memiliki sistem tata kelola sampah yang layak, sehingga merugikan lingkungan, kesehatan dan ekonomi (2013, hijauku.com).

Sampah elektronik bukan sekedar sampah. Disamping berbahaya, ternyata masyarakat dapat mendulang emas dari sampah elektronik jika pintar mengolahnya. Emas sering kali digunakan untuk melapisi bagian-bagian tertentu dari komponen elektronika, seperti: prosesor, harddisk, RAM, motherboard, PCB handphone, PCB komputer, Integrated Circuit (IC), kartu cip handphone, dan sebagainya. yang mampu menghantarkan arus listrik nyaris tanpa hambatan (zero resistensi). Oleh karena itu, banyak orang yang berusaha “mendulang” emas dari sampah elektonik (Pikiran Rakyat, 2013).

Cara yang paling sederhana untuk memperoleh emas adalah dengan menggunakan Asam Nitrit, air raksa, dan kain parasit. Komponen-komponen yang akan diambil emasnya dimasukan pada sebuah gelas kaca berisi cairan asam nitrit, hingga cairan yang sebelumnya bening berubah menjadi warna hijau. Semua bahan-bahan yang terdapat pada komponen akan larut kecuali unsur emas. Setelah proses pelarutan selesai, selanjutnya menyaring larutan asam nitrit dengan saringan kain parasit. Serpihan/serbuk emas akan menempel pada kain saringan tadi, tuangkan air raksa di atasnya sambil digoyang-goyangkan, sampai semua emas menyatu dengan air raksa tersebut. Kemudian peras air raksa yang berisi emas itu, hingga yang tertinggal hanya serpihan/serbuk berwarna putih. Proses terakhir adalah membakar serbuk putih dengan menempatkannya pada sebuah mangkok yang terbuat dari tanah liat dan kemudian dibakar dengan api suhu tinggi. Emas akan melebur menjadi butiran padat, selanjutnya dinginkan dengan memasukkan ke dalam air. Butiran emas berwarna kuning siap dijual atau diolah kembali menjadi perhiasan(2012, neraca.co.id).

Menurut ilmuwan dari Universitas Saga di Jepang, koran bekas merupakan salah satu bahan ramuan gel ramah lingkungan untuk memisahkan emas dari sampah elektronik. Tim ilmuwan yang dipimpin Katsutoshi Inoue menghancurkan koran bekas menjadi bubur dan membersihkannya dengan mencampurkan ke dalam cairan klorin. Bubur kertas tersebut kemudian dicampur dimethylamine (DMA) dan formaldehid sehingga membentuk senyawa dalam bentuk gel. Kemudian, gel dikeringkan dan ditumbuk menjadi bubuk. Bubuk tersebut diuji untuk mengikat atau menyerap logam dari sampah elektronik yang umumnya telah dicairkan dengan asam hidroklorik(2008, bisniskeuangan.kompas.com).

Cairan beracun tersebut mengandung logam berat seperti tembaga, seng, dan besi yang masing-masing berkonsentrasi antara 190-840 bagian per mil. Namun, sekitar 250 bagian per mil adalah emas dan antara 11-16 bagian per mil adalah platina dan palladium. Bubuk gel tersebut ternyata efektif memanen logam mulia. Senyawa gel mengikat sekitar 90 persen emas, platina, dan palladium, namun tembaga, seng, dan besi tidak terkat. Kertas bekas menjadi komponen utama gel tersebut karena berasal dari kayu sehingga memiliki kandungan selulosa yang sangat tinggi. Sifat alami selulosa yang fleksibel memudahkan zat kimia menembus matrik larutan logam dan mengikatnya. Satu kilogram gel dapat mengikat 906 gram emas (2008, bisniskeuangan.kompas.com).

Demi alasan menjaga lingkungan dari sampah-sampah teknologi, Apple menjalankan program daur ulang iPhone yang rusak. Tapi siapa sangka, dari program daur ulang ini Apple memperoleh untung besar. Di tahun 2015,Apple mampu mengambil 1 ton emas dari daur ulang iPhone bekas. Jika dikonversikan, 1000 kilogram itu setara dengan USD 40 juta (Rp 529 miliar). Tidak hanya itu, Apple juga berhasil mendapatkan 3 ton perak dan lebih dari 1.300 ton tembaga. Di tahun itu, Apple total mendaur ulang 40,8 juta kilogram sampah elektronik,di mana mayoritas dari iPhone sebagai produk paling laris. Dari jumlah itu, Apple menyatakan 20 juta kilogramnya dapat dimanfaatkan kembali (Biantoro, 2016, merdeka.com). Selain emas di atas, Apple juga turut mendulang bahan-bahan lain dari gadget dan komputer bekasnya, termasuk baja, plastik, kaca, aluminium, tembaga, timah, seng, perak, dan nikel. Berat keseluruhan material-material ini mencapai lebih dari 27.000 ton. Program daur ulang ini secara tidak langsung merupakan “tambang emas” baru bagi Apple (Yusuf, 2006, tekno.kompas.com).

Di tahun 2016, Apple memperkenalkan sistem robotik baru bernama Liam. Robot bernama Liam itu dibuat untuk membongkar perangkat-perangkat iPhone. Pembongkaran tersebut dilakukan untuk mendukung program daur ulang komponen di perangkat iPhone yang sudah tidak terpakai lagi. Liam merupakan bagian dari program Apple untuk mencegah penumpukan sampah elektronik di daratan.Program baru ini merupakan bentuk respon Apple terhadap kritik yang dilayangkan pada perusahaan tersebut. Beberapa pihak menilai, desain perangkat Apple sangat sulit untuk dibongkar. Hal itu menyebabkan komponen-komponen tersebut tidak dapat diperbaiki atau digunakan kembali.Liam mampu membongkar sebuah iPhone 6 hanya dalam waktu 11 detik. Dari pembongkaran itu banyak komponen yang nantinya dapat digunakan kembali, seperti emas, perak, tembaga, kobalt, timah, dan potongan alumunium (Damar, 2016, tekno.liputan6.com).

Emas dan Sampah Ponsel

Menurut Research On Asia Group, Indonesia menyerap 133 juta ponsel tahun 2010 yang dilayani oleh 10 operator.  Indonesia adalah salah satu negara dengan pengguna ponsel terbanyak di Asia Pasifik–Indonesia, menempati peringkat ke-3 di bawah Cina dan India di belahan Asia Pasifik. Jumlah pengguna ponsel diperkirakan mencapai 250 juta meski jumlah penduduk hanya 240 juta jiwa. Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), menyebutkan di akhir tahun 2011,  jumlah pelanggan selular jauh lebih besar ketimbang jumlah penduduk Indonesia –dengan penetrasi telepon seluler sebesar 110%. Di antara orang Indonesia, ada yang memiliki dua jenis ponsel yang dilayani operator GSM dan CDMA,namun GSM mendominasi hingga 95% (2014, mmindustri.co.id).

Menurut pakar elektronik lulusan Tokyo Institute of Technology, Jepang, M Syamsiro, produsen ponsel, kartu SIM ataupun alat-alat elektronik lainnya selalu menggunakan logam muliasebagai pengantar arus elektronik  terbaik. Studi yang dilakukan Yokohama Logam Co Ltd, dari satu ton ponsel bekas, jika dilebur akan menghasilkan 150 gram emas. Jumlah itu 30 kali lipat dibandingkan satu ton material dari tambang emas konvensional yang jika dilebur hanya menghasilkan sekitar 5 gram emas. Masih dari studi yang sama, setiap 128 juta buah ponsel dibuang di Jepang, 10-20% di antaranya di daur ulang. Dari hasil daur ulang itu akan didapat 558 ton ponsel tua. Jika emas dari satu ton ponsel didapat 150 gram emas, maka total emas yang bisa ditambang dari ponsel tua itu mencapai 88,7 kilogram (Majalah Sains Indonesia Edisi 56, 2014).

Belajar dari Cina

Di Cina sampah elektronik yang masuk ke pelabuhan melalui peti kemas, kemudian dikumpulkan ke penampungan barang elektronik bekas. Sampah tersebut kemudian dipilah dan diambil suku cadangnya yang masih bisa digunakan. Para pekerja yang kebanyakan dari golongan ekonomi menengah kebawah, bekerja melebur timah, mengambil komponen dari sirkuit-sirkuit barang elektronik tanpa menggunakan pelindung khusus. Dari kumpulan komponen tersebut, kemudian dirubah menjadi barang elektronik kembali dengan nilai jual tinggi, tetapi dengan usia produk yang pendek, lalu dijual secara ilegal ataupun legal ke negara lainnya. Sedangkan sampah elektronik yang tidak dapat digunakan,kemudian dibakar.

Penanganan sampah elektronik di Cina diatur dalam Regulations on Recovery Processing of Waste Electrical and Electronic Products yang mulai berlaku mulai 1 Januari 2011. Sampah elektronik yang diimpor ke Asia berkisar antara 50-80% dari sampah elektronik yang dihasilkan di seluruh dunia per tahun, di mana 90% dari sampah elektronik dunia tersebut diimpor ke Cina, baik secara legal maupun ilegal. Pada tahun 2007, terdapat 350 juta televisi, 130 juta lemari es, dan 170 juta mesin cuci yang digunakan di seluruh negara, di mana alat elektronik tersebut dibuat pada tahun 80-an. Jika masa pakai peralatan elektronik tersebut antara 10 sampai 15 tahun, maka setidaknya ada 5 juta televisi, 4 juta lemari es, dan 5 juta mesin cuci yang menjadi usang setiap tahunnya dan menjadi sampah elektronik (Nindyapuspa dan Trihadiningrum, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Berdasarkan National Development and Reform Comission tahun 2008, jumlah sampah elektronik yang dihasilkan di Beijing diprediksi akan mencapai 1.583.000 ton pada tahun 2010 dengan rata-rata pertumbuhan timbulan 5,2% setiap tahun. Jumlah sampah elektronik tersebut bersumber dari timbunan domestik dan impor sampah elektronik yang dilakukan di Beijing. Sedangkan di Macau, jumlah timbunan sampah elektronik yang dihasilkan mencapai 9.000 ton pada tahun 2010. Sampah elektronik di Macau sebagian besar berasal dari rumah tangga, yaitu sekitar 80%, sisanya berasal dari sektor bisnis, institusi, dan pemerintahan (Nindyapuspa dan Trihadiningrum, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Sampai saat ini, Cina telah punya lebih dari 5500 rumah yang digunakan untuk industri pengolahan barang bekas dari sampah elektronik. Setiap harinya, satu buah rumah industri mampu mengolah sampah elektronik dalam jumlah besar, dan setiap tahunnya kurang lebih mengolah 1.5 ton sampah elektronik.Di Cina banyak industri daur ulang yang berdiri.Industri ini memberikan keuntungan bagi pekerjanya. Semakin banyaknya lapangan kerja, maka semakin banyak masyarakat yang makmur (Juju, 2013).

Di Cina, sudah banyak industri yang mengolah sampah elektronik menjadi emas. Masyarakat di sana juga banyak yang memanfaatkan peluang tersebut untuk mendulang rezeki. Bahkan pedesaan di Xiejia di Utara Beijing sudah menjadi pusat daur ulang sampah elektronik menjadi emas. Beberapa metode dasar sudah digunakan, seperti membakar barang-barang itu dengan menggunakan senyawa asam untuk memisahkan emas, perak dan tembaga(2016, jogja.tribunnews.com).

Daftar Pustaka

  • “Panen Emas dari Koran Bekas”. Didapat dari: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2008/07/08/2103038/panen.emas.dari.koran.bekas
  • “Mendulang Emas dari Sampah Elektronik”. Didapat dari: http://www.neraca.co.id/article/18312/mendulang-emas-dari-sampah-elektronik
  • “Emas dari Limbah Elektronik”. Koran Pikiran Rakyat. Didapat dari: http://olahsampah.com/images/sampah%20elektronik%20cakrawala2.pdf
  • “Menguak Bisnis Sampah Elektronik di Asia Pasifik”. Didapat dari: http://www.batamtoday.com/berita29471-Menguak-Bisnis-Sampah-Elektronik-di-Asia-Pasifik.html
  • “Tambang Emas dari Daur Ulang Sampah”. Didapat dari: http://www.hijauku.com/2013/10/08/tambang-emas-dari-daur-ulang-sampah/
  • “Berapa Ton Emas Kita Buang Tiap Tahun?”. Didapat dari: http://www.mmindustri.co.id/berapa-ton-emas-kita-buang-tiap-tahun/
  • “Menambang Emas dari Limbah Ponsel”. Didapat dari: http://www.sainsindonesia.co.id/index.php/rubrik/teknologi-informasi/1065-tambang-emas-limbah-ponsel
  • “Wow, Benarkah Sampah Elektronik Mengandung Emas?” Didapat dari: http://jogja.tribunnews.com/2016/02/16/wow-benarkah-sampah-elektronik-mengandung-emas
  • Biantoro, Bramy. 2016. “Daur ulang iPhone di 2015, Apple dapat 1 ton emas!” Didapat dari: http://www.merdeka.com/teknologi/daur-ulang-iphone-di-2015-apple-dapat-1-ton-emas.html
  • Damar, Agustinus Mario. 2016. “Cegah Sampah Elektronik, Apple Perkenalkan Sistem Robotik Baru”. Didapat dari: http://tekno.liputan6.com/read/2466211/cegah-sampah-elektronik-apple-perkenalkan-sistem-robotik-baru
  • Jehan, Noor. 2012. “Kandungan Berbahaya dalam E-Waste”. Didapat dari: http://ylki.or.id/2012/09/kandungan-berbahaya-dalam-e-waste/
  • 2013. “Keuntungan dan Kerugian Daur Ulang Sampah Elektronik”. Didapat dari: http://bangjuju.com/cara-cina-mendaur-ulang-sampah-elektronik/
  • Nindyapuspa, Ayu dan Trihadiningrum, Yulinah. “Kajian Tentang Pengelolaan Limbah Elektronik”. Didapat dari:http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-29113-3309100017-Paper.pdf
  • 2016. “Apple Kumpulkan 1 Ton Emas dari iPhone Bekas”. Didapat dari:http://tekno.kompas.com/read/2016/04/16/19280047/Apple.Kumpulkan.1.Ton.Emas.dari.iPhone.Bekas
  • Zulkifli, Arif. 2013. “Belajar Mengelola Sampah Dari Jepang”. Didapat dari: http://informasi-lingkungan.blogspot.co.id/2013/06/belajar-mengelola-sampah-dari-jepang.html
Argogalih, S.E., M.M.