Penguasaan Industri Strategis di Sektor Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK) Bermodalkan Bonus Demografi di Indonesia
Salah jika kita beropini bahwa Indonesia belum sadar akan pentingnya industry strategis guna mendukung kemajuan bangsa. Sebagai bukti adalah Indonesia sudah memiliki BUMN industry strategis yang tersebar di sepuluh sector penting, yaitu PT Barata Indonesia (peralatan berat), PT Boma Bisma Indra (peralatan industri), PT Dahana (bahan peledak), PT LEN (elektronik), PT INKA (kereta api), PT INTI (telekomunikasi), PT IPTN (pesawat terbang), PT Krakatau Steel (baja), PT PAL (kapal laut), dan PT PINDAD (persenjataan). Namun, memang sangat disayangkan, pemerintah terkesan belum sepenuh hati menjalankan keseluruhan industri strategis ini secara berkesinambungan. Hanya sector pertambangan dan migas yang terlihat masih menjadi andalan bagi pemerintah.
Keputusan revitalisasi industry strategis oleh pemerintah baru-baru ini, yang juga merupakan agenda dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, memberikan kesempatan untuk dikembangkannya industry strategis yang sesuai dengan perkembangan dunia saat ini. Selain itu industry strategis yang akan dikembangkan juga harus tetap berwawasan nusantara. Indonesia adalah Negara kepulauan yang terbentang sekitar seperdelapan lingkaran bumi. Akan sangat bijaksana jika industry strategis yang akhirnya dikembangkan dapat mengakomodasi karakteristik unik Indonesia tersebut. Salah satu sektor yang sesuai adalah teknologi informasi dan komunikasi. TIK saat ini sudah menjadi jantung bagi sector lain dan merupakan penopang kehidupan modern. Sebagai contoh kecil adalah, bisa dibayangkan untuk menghubungkan hampir 17.000 pulau tanpa kehadiran teknologi internet, maka sudah dipastikan Indonesia akan sangat kesulitan berkembang di era pertukaran informasi yang begitu pesat.
Indonesia harus berkaca dari sesama Negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, China bahkan India. Negara-negara tersebut berhasil menjadikan TIK sebagai industri strategis yang meningkatkan perekonomian negara dan sekaligus mengangkat nama mereka di percaturan ekonomi internasional. Saat ini Samsung dari Korea Selatan merupakan penguasa industri smartphone. Jepang terus menelurkan berbagai inovasi TIK-nya.China selalu rajin menghadirkan produk alternatif yang lebih terjangkau dari beberapa produk raksasa yang ada. Serta India yang terkenal dengan SDM yang berkualitas di bidang TIK. Berbanding terbalik dengan posisi Indonesia saat ini, yang masih sebatas sebagai target pasar industri TIK negara lain. Saat ini, di Indonesia ada 200 juta pengguna hanphone, 45 juta pengguna Internet, 30 juta pengguna social media, dan ditahun 2009 saja, volume bisnis TIK mencapai Rp 300 triliun/tahun. Alangkah menguntungkannya, jika Indonesia sudah memiliki industri TIK yang menjawab peluang tersebut.
Terlepas dari kenyataan bahwa Jepang saat ini merupakan negara penguasa TIK, jika menilik sejarah, Jepang sebenarnya berada diambang kehancuran setelah kalah dalam perang dunia kedua di tahun 1945. Namun mereka mampu bangkit hingga akhirnya perlahan-lahan berubah menjadi kekuatan besar di Asia bahkan dunia. Faktor yang menyebabkan hal itu adalah, adanya keadaan yang disebut bonus demografi, yang dialami Jepang diawal 1950. Bonus demografi ialah keadaan di mana jumlah usia produktif yang lebih besar dibandingkan dengan usia non-produktif di suatu negara.
Sama halnya dengan Jepang di tahun 1950, ternyata Indonesia juga telah memasuki era bonus demografi sejak tahun 2010. Saat itu usia produktif Indonesia mencapai 66% dari total penduduk, dan bahkan diperkirakan akan berlanjut hingga mencapai angka 70% di tahun 2016. Ditambah Indonesia juga diramalkan akan menjadi negara terbesar ketujuh yang mengauasai perekonomian dunia ditahun 2030. Momentum ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik guna mendukung usaha pemerintah dalam penguasaan industri strategis TIK. Usia produktif yang besar berarti menunjukan adanya ketersediaan SDM yang dapat ditempatkan diberbagai pos industri TIK, dengan catatan kualitasnya yang harus diperhatikan. Sangat disayangkan kualitas SDM Indonesia saat ini bisa dibilang masih kurang, dengan adanya kenyataan jumlah Doctor / Ilmuan yang masih minim, dan juga entrepreneur khususnya di bidang TIK yang juga masih jarang.
Komitmen pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini untuk menjamin pendidikan yang memadai bagi seluruh usia produktif. Pemerintah harus benar-benar menyediakan lahan untuk berkarya bagi mereka yang berhasrat mengembangkan keahlian di bidang TIK. Jangan sampai yang terjadi adalah sebaliknya, penduduk usia produktif mencari tempat di negara lain yang lebih mendukung, dan akhirnya malah memberikan keuntungan bagi negara tersebut.
Semua keadaan yang menguntungkan Indonesia ini harus benar-benar dikelola dengan baik agar tidak menjadi sesuatu yang malah akan menjadi penghancur negara ini. Semua anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan hendaknya dimanfaatkan dengan baik guna mengingkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Akhirnya hanya kerja keras dan doa dari seluruh lapisan masyarakatlah yang menentukan bagaimana Indonesia 30 tahun mendatang di saat umur negara ini akan menginjak satu abad.