Knowledge Sharing pada Restoran Kamikaze
Sebuah organisasi yang menjalankan knowledge management seharusnya mengembangkan satu kerangka kerja untuk menata dan menyusun pengetahuannya. Tanpa satu standard umum, serta tidak adanya konsistensi dan dialog bersama dari pengetahuan yang ada, akan membuat asset pengetahuan yang ada sulit untuk dikelola dengan efektif. Pengetahuan tentang subjek tertentu bisa saja berada didalam bagian yang berbeda didalam perusahaan maupun organisasi atau berada didalam sistem yang berbeda. Pengombinasian atau pengintegrasian pengetahuan tersebut akan mengurangi pengetahuan yang terlalu berlebihan dan tidak terkordinasi, meningkatkan gambaran pengetahuan dengan konsisten,serta akan meningkatkan efisiensi dengan volume yang berlebihan. Proses ini juga memungkinkan perusahaan menggantikan pengetahuan yang telah kedaluwarsa. Perbedaan pengetahuan dari berbagai macam individu semestinya diintergrasikan untuk memaksimalkan efisiensi. Kemampuan perusahaan tersebut hanya mungkin terwujud apabila perusahaan dengan efektif mampu menyerap dan menggunakan sumber daya pengetahuan yang dimiliki oleh para anggotanya, memberi ruang yang kondusif bagi setiap individu, tim antar tim dan bahkan antar perusahaan untuk melakukan pengakuisisian, penciptaan, pemindahan, dan penggunaan kembali pengetahuan untuk diaktualkan dalam bentuk produk atau jasa inovatif.
Upaya lain yang perlu dilakukan ke depan adalah pengembangan SDM dan knowledge sharing (berbagi knowledge) dikalangan karyawan menjadi sangat penting guna meningkatkan kemampuan manusia untuk menghasilkan inovasi. Mengelola knowledge sebenarnya merupakan “bagaimana organisasi mengelola karyawan mereka dari pada berapa lama mereka menghabiskan waktu untuk teknologi informasi”. Sebenarnya menurut mereka bahwa knowledge management adalah bagaimana orang-orang dari berbagai tempat yang berbeda mulai saling berbicara, yang sekarang populer dengan label learning organization. Untuk membangun Organizational Knowledge Management Systems (OKMS) di unit organisasi diperlukan enam tahap dalam siklus knowledge yaitu :
- Menciptakan knowledge
- Menangkap knowledge
- Menyaring knowledge
- Menyimpan knowledge
- Mengelola knowledge
- Mendesiminasikan knowledge
- Menciptakan knowledge lagi, dan seterusnya
Hal ini yang dilakukan pada restoran kamikaze dengan menciptakan knowledge dari internal dan external. Internal yaitu dengan melakukan tukar pikiran atau brainstorming secara periode, biasa dilakukan setiap 2 minggu sekali. Peserta nya adalah karyawan minimal level supervisor, setiap supervisor akan menjelaskan 3 point yaitu apa yang sudah dikerjakan selama ini, kendala-kendala apa saja yang ada dan dukungan serta ide-ide yang bisa meningkatkan pelayanan dan penjualan. Diskusi dan tukar pikiran serta masukkan pun terbentuk disana. Hasil dari diskusi tersebut adalah mendapatkan konsep-konsep baru yang bisa di terapkan dan biasanya akan dicoba di 1 outlet dulu untuk dijadikan pilot project. Kemudian dari external adalah mengikuti pelatihan dan seminar seminar untuk meningkatkan pengetahuan SDM yang ada, dimana diharapkan dari pelatihan dan seminar tersebut mendapatkan sebuah pengetahuan baru yang bisa diterapkan di restoran kamikaze dan seperti halnya diatas akan di uji coba pada 1 outlet terlebih dahulu. Setelah hasil trial selama beberapa waktu akan dilakukan review apakah bisa dilakukan improvement terhadap konsep yang sudah diterapkan sehingga bisa di sempurnakan dan bisa mendapatkan hasil semaksimal mungkin. Hal itu yang terus menerus diterapkan pada restoran kamikaze setiap waktu.