Fallacies (Bagian 3)
Bedah Buku: Introduction to Logic
Irving M. Copi/Carl Cohen/Kenneth McMahon
14Th edition
+ Fallacies of presumption (disimbolkan dalam P)
Terlalu banyak asumsi (fakta yang tidak berdasar) pada premis pernyataan dapat memicu kegagalan dalam penarikan kesimpulan. Di mana kategori tipe fallacy jenis ini diantaranya: (P1) Accident, (P2) Complex question, (P3) Begging the question.
– P1. Accident → adalah fallacy yang argumentasinya hanya berdasar pada desas-desus. Di mana argumentasinya gagal dijadikan sebagai produk konklusi yang kuat. Contoh: Menurut kabar yang disampaikan secara oral dari beberapa orang teman mahasiswa di Amerika Serikat (AS), apabila kita hidup di AS maka “The American Dream” dapat terwujud dan selamat tinggal hidup miskin. Apabila argumentasi tersebut dijadikan sebagai landasan pemikiran maka dapat menghasilkan generalisasi konklusi yang amat sangat parah.
– P2. Complex question → adalah fallacy yang argumentasinya berdasar pada premis-premis yang sifatnya mengarahkan kepada suatu hal tertentu didasari dengan motivasi untuk membuktikan sesuatu. Contoh: orang A: Hai B, apakah kamu mencuri dompet milik C?. Orang B: saya tidak mencuri dompet milik C. orang A: Tetapi pada saat itu hanya anda seorang yang berada di ruangan dan berpotensi mengambil dompet milik C.
– P3. Begging the question → adalah fallacy yang konklusinya merupakan suatu argumentasi yang telah dinyatakan atau diasumsikan terlebih dahulu. Contoh: semua pria perokok adalah jantan. Sebab hanya pejantanlah yang berani menantang bahaya. Dalam konteks pria perokok yang dikonsepkan sebagai pejantan adalah pria yang berani mengambil resiko untuk menghisap rokok yang notabene memiliki kandungan zat berbahaya.
+ Fallacies of ambiguity (disimbolkan dalam A)
Penggunaan frasa atau kata yang memiliki makna ganda, dapat memicu fallacies of ambiguity. Di mana kata-kata bermakna ganda dapat diartikan sebagai kata yang memiliki struktur sama tetapi tidak memiliki pengertian yang dapat dimengerti secara universal. Ada lima kategori pada fallacies tipe ini, diantaranya: (A1) Equivocation, (A2) Amphiboly, (A3) Accent, (A4) Composition, (A5) Division.
– A1. Equivocation → adalah fallacy yang argumentasinya secara sengaja menggunakan suatu kata atau frasa yang memiliki dua atau lebih pemaknaan. Contoh: Jangan pernah mencari masalah dengan orang “pangkat”. Sebab orang “pangkat” memiliki kekuatan yang kuat di masyarakat. Siapakah orang “pangkat” yang dimaksud? Apakah tentara atau polisi? Pangkat seperti apa yang jangan sampai kita cari bermasalah dengannya? Kekuatan yang kuat adalah kekuatan yang seperti apa? Kuat badan (fisik) atau kuat jiwa corsa-nya?
– A2. Amphiboly → adalah fallacy yang argumentasinya berdasar pada premis-premis yang premisnya sendiri tersusun atas beberapa kata atau frasa yang memiliki beberapa interpretasi. Sehingga hal tersebut dapat memiliki konklusi dengan beragam interpretasi. Contoh: Dr. Sallick mendonasikan sejumlah uang, bersama istrinya, Gloria, $4.5 juta, kepada Queens College untuk pusat-pusat penelitian. “Gloria” adalah nama sandi untuk pengurangan pajak di Amerika.
– A3. Accent → adalah fallacy yang argumentasinya mengandung premis-premis yang berdasar pada sebuah penekanan dari beberapa kata. Tetapi konklusinya berdasar pada penekanan lain dari beberapa kata tersebut (yang sama) sehingga menghasilkan pemahaman makna yang berbeda. Atau dengan kata lain A3 adalah jenis fallacy yang ada dalam permasalahan pengucapan atau aksen atau pronouncication. Contoh: Pada liga premier Inggris, pertandingan yang diadakan satu hari setelah hari natal atau 26 Desember adalah “Boxing Day”. Boxing Day yang dimaksud apakah hari pemberian hadiah? Atau hari pertandingan (sepakbola)?
– A4. Composition → adalah fallacy yang argumentasinya berdasar pada penggunaan fakta sebagian yang digunakan sebagai dasar untuk menginterpretasi fakta secara keseluruhan. Atau dalam kata lain argumentasinya bermakna khusus-umum. Contoh: Semua mahasiswa jurusan teknik informatika pasti pintar dalam segala hal mengenai programming. Maka semua yang berhubungan dengan programming dapat dilakukan oleh mahasiswa teknik informatika. Kemampuan programming membutuhkan spesialisasi, tidak selalu seorang mahasiswa teknik informatika yang menguasai kemampuan web programming dapat menguasai machine programming.
– A5. Division → adalah tipe fallacy yang merupakan kebalikan daripada fallacy tipe A4 atau composition. Atau dengan kata lain, A5 adalah tipe fallacy umum-khusus. Contoh: Semua kucing adalah karnivora. Anggora adalah jenis kucing. Maka anggora adalah karnivora. pada contoh tersebut argumentasi dan konklusinya adalah valid. Namun pada contoh lain, seperti: Kucing sering ditemui di jalanan. Anggora adalah jenis kucing. Maka Anggora dsering ditemui di jalanan. Argumentasi beserta dengan konklusinya tidak valid karena pada kenyataannya Anggora adalah jenis kucing peliharaan yang berharga mahal.
Pada preambule di atas saya menuliskan bahwa lemahnya fondasi pemikiran akan mengakibatkan runtuhnya suatu teori. Hal tersebut adalah benar, di mana menurut Suriasumantri (2005) runtuhnya suatu teori dan digantikan dengan suatu teori yang baru adalah cara kerja dari evolusi ilmu pengetahuan. Dapat dibayangkan ketika Louis Pasteur tidak pernah berusaha mematahkan teori Generatio spontanea dari Aristoteles. Mungkin sampai saat ini kita (umat manusia) akan selalu beranggapan serangga lalat adalah produk dari daging mati.
Referensi
Copi, I. M., Cohen, C., & McMahon, K. (2014). Introduction to Logic. Essex: Pearson Education Limited.
Creswell, J. W. (2009). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. California, USA: Sage Publications, Inc.
Fidel, R. (2008). Are we there yet?: Mixed methods research in library and information science. Library & Information Science Research, 30, 265-272.
Suriasumantri, J. S. (2005). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.