Fallacies (Bagian 1)
Bedah Buku: Introduction to Logic
Irving M. Copi/Carl Cohen/Kenneth McMahon
14Th edition
Secara singkat fallacies (kekeliruan: jamak) dapat diartikan sebagai kegagalan dalam pembentukan pola pemikiran atau pemaknaan yang logis. Atau dalam kata lain suatu pernyataan yang terlihat “benar” namun masih memiliki kesalahan dalam pola pikir dapat dikategorikan sebagai suatu fallacy. Mengapa kita perlu mempertimbangkan untuk memahami fallacy? Jawabannya tidak lain adalah untuk menghindari kita dari kesalahan menyusun logika. Terlebih dalam kaitannya dengan penelitian dan publikasi ilmiah. Kesalahan dalam penyusunan premis (baik mayor maupun minor) akan berakibat pada kesalahan dalam melakukan generalisasi (penarikan konklusi). Kesalahan dalam penarikan konklusi dapat mengakibatkan lemahnya fondasi pemikiran. Dan lemahnya fondasi pemikiran mengakibatkan runtuhnya suatu teori. Berikut ini adalah tulisan mengenai fallacies yang dirangkum dari bab empat (4) buku berjudul Introduction to Logic karangan Irving et al, edisi 14 tahun 2014.
Contoh pernyataan yang memiliki konstruksi pemikiran yang benar, sehingga menghasilkan konklusi yang benar pula.
Semua pegawai Binus wajib mengikuti tes ujian psikotes sebagai standar ujian masuk pegawai. (premis mayor)
Toni adalah pegawai Binus. (premis minor)
è Maka Toni (dapat dipastikan) pernah mengikuti tes ujian psikotes sebelum ia masuk menjadi karyawan Binus. (konklusi)
Dalam artian konstruksi pernyataan saling terhubung/berkaitan dengan fakta (kenyataan) dan menghasilkan konklusi atau simpulan yang logis (valid).
Contoh pernyataan yang terlihat “benar”.
Semua mahasiswi jurusan sastra berwajah cantik. (premis mayor)
Watik adalah mahasiswi jurusan sastra. (premis minor)
è Maka Watik berwajah cantik. (konklusi)
Dalam hal ini konstruksi pernyataan dan fakta terlihat benar dan memang tidak salah. Namun penarikan kesimpulan masih menimbulkan pertentangan. Di mana hal yang menjadi pertentangan adalah digunakannya pendapat umum (stereotype) sebagai dasar pemikiran premis mayor. Maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah fallacy. Karena baik argumentasi atau fakta secara individual masih memiliki kesalahan tipikal (khusus) pada proses penempatan logika.