Konsep Inovasi pada Technopreneurship
Konsep Inovasi pada Technopreneurship
Kata “Technopreneurship” merupakan gabungan dari “Technology” dan “Entrepreneurship” yang dapat disimpulkan sebagai proses pembentukan dan kolaborasi antara bidang usaha dan penerapan teknologi sebagai instrumen pendukung dan sebagai dasar dari usaha itu sendiri, baik dalam proses, sistem, pihak yang terlibat, maupun produk yang dihasilkan. Sedangkan Technopreneur merupakan orang yang menjalankan technopreneurship atau sesorang yang menjalankan usaha yang memiliki semangat entrepreneur dengan memasarkan dan memanfaatkan teknologi sebagai nilai jualnya. Istilah technopreneur mungkin sudah banyak diperbincangkan dan sudah mulai dikenal saat ini sejak kemunculannya di banyak surat kabar, majalah, dan televisi disaat teknologi bukan hanya sebagai pendukung kerja saja namun juga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan keuntungan.
Menjadi seorang technopreneur jika dilihat dari dua peranan yang dibebankan bagi seorang technopreneur untuk memahami teknologi sekaligus menanamkan jiwa entrepreneurship bukanlah sebuah perkara yang mudah, untuk menjadi seorang technopreneur yang berhasil, setidaknya harus menguasai:
- Teknologi
Teknologi memegang peranan penting dalam perkembangan dunia modern seperti saat ini, kemunculan teknologi baru secara terus menerus dan penerapan teknologi yang semakin banyak dan menyebar membutuhkan inovasi yang berkelanjutan agar penggunaan teknologi dapat tepat guna dan mencapai sasarannya. Pembelajaran tentang teknologi membutuhkan dukungan dari sumber daya manusia, dalam hal ini bisa dipelajari di universitas atau perguruan tinggi dan perlu adanya kerja praktek yang dilakukan secara rutin. Teknologi merupakan cara untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan pasar, solusi untuk permasalahan, perkembangan aplikasi, perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi serta modernisasi. Seorang technopreneur tak pernah hanya cukup mempelajari satu atau dua teknologi saja, melainkan harus peka terhadap inovasi teknologi dan dibutuhkan ide kreatif untuk mendukungnya.
2. Entrepreneurship
Entrepreneurship adalah proses dalam mengorganisasikan dan mengelola resiko untuk sebuah bisnis dengan rajin mengidentifikasi dan mengevaluasi pasar, menemukan solusi – solusi untuk mengisi peluang pasar, mengelola sumber daya yang diperlukan, dan mengelola resiko yang berhubungan dengan bisnisnya.
Untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship dibutuhkan beberapa tahapan :
– Internallization adalah tahapan penanaman jiwa entrepreneurship melalui konstruksi pengetahuan tentang jiwa entrepreneurial serta medan dalam usaha. Dalam tahap ini lebih menekankan tentang kewirausahaan dan pengenalan tentang urgensinya.
– Paradigm Alteration yang berarti perubahan paradigma umum. Pola pikir pragmatis dan instan harus diubah dengan memberikan pemahaman bahwa unit usaha riil sangat diperlukan untuk menstimulus perkembangan perekonomian negara dan jiwa entrepreneurship berperan penting dalam membangun usaha tersebut.
– Spirit Initiation. Setelah pengetahuan dan paradigma telah terbentuk, diperlukan sebuah inisiasi semangat untuk mengkatalisasi gerakan pembangunan unit usaha tersebut. Inisiasi ini dengan memberikan bantuan berupa modal awal yang disertai monitoring selanjutnya.
– Competition. Tentunya dunia bisnis tak dapat dilepaskan dari kompetisi dengan para pesaing yang selalu berlomba – lomba dalam menghadirkan nilai tambah dan produk baru untuk bersaing. Seorang entrepreneur harus sigap dalam sebuah kompetisi untuk tidak ketinggalan.
Adapun karakteristik seorang entrepreneur yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur diantaranya :
- Melakukan hal – hal yang tidak mencari keuntungan semata
- Merasa nyaman bekerja dengan atau menggunakan teknologi
- Selalu mengeksploitasi ketidakpastian
- Penemu bukan semata – mata meniru atau memungut dari alam
- Tidak berhenti pada peluang, tetapi membangun institusi
- Seorang yang berani menghadapi resiko
- Berpikir sederhana
- Modal utamanya bukanlah selalu uang.
Setelah memiliki jiwa entrepreneurship serta pengetahuan teknologi yang baik, langkah selanjutnya adalah mengintegrasikannya. Contoh perusahaan technopreneurship dan technopreneur dunia yang sudah sangat berhasil diantaranya : Microsoft, Apple, Google, Amazon, dan Twitter. Mereka telah merajai produk komputer dan internet dunia serta dirintis dari nol oleh para pendiri yang memiliki visi jauh ke depan dengan memutuskan menjadi seorang technopreneur.
Dibutuhkan banyak pihak terlibat agar technopreneurship senantiasa berkembang di Negara kita, diantaranya membutuhkan dukungan dari pemerintah sebagai fasilitator, penjamin legalisasi usaha, dan pelindung bagi hak – hak dan produk yang dihasilkan, masyarakat sebagai konsumen juga harus mendukung dengan kecintaan terhadap hasil dalam negeri, perusahaan dengan sumber daya manusia dan berkualitas, bahkan universitas yang paling banyak melahirkan technopreneurship dengan memberikan banyak pelatihan dan pengetahuan bagi calon technopreneurship. Jika kolaborasi dapat dijalankan dengan baik, tentunya dapat menghasilkan technopreneurship tangguh di Indonesia.
Referensi :
http://ono.suparno.staff.ipb.ac.id/articles/technopreneurship-2/
http://blueandgreen-tavez.blogspot.com/
http://abi-ghifari.blogspot.com/2013/04/menjadi-technopreneur-membangun.html
https://aswadmansur.wordpress.com/tag/kolaborasi-untuk-technopreneur/