School of Information Systems

Keahlian yang dibutuhkan untuk menjadi seorang UX Designer

User Experience atau UX merupakan pengalaman atau experience yang dialami oleh pengguna akibat adanya aktivitas interaksi dengan aplikasi, website, produk, atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Tujuan utama dari User Experience ini adalah untuk memberikan kemudahan kepada pengguna dalam mengoperasikan produk dengan basis digital. Jika pengguna merasakan adanya kemudahan dalam mengoperasikan suatu produk, maka hal ini akan menciptakan User Experience yang baik dari mata pengguna. User Experience erat kaitannya dengan User Interface atau UI. User Interface lebih fokus pada tampilan atau desain dari suatu produk dengan basis digital. Dengan demikian, maka baik User Interface atau User Experience harus dijalankan secara bersamaan. Akan sia-sia jika produk digital memiliki User Interface yang sangat baik namun tidak menciptakan User Experience yang baik kepada para pengguna.

Dari penjelasan tersebut, maka diperlukan seorang ahli yang dapat menguasai bidang tersebut demi mencapai kenyamanan pengguna saat mengoperasikan produk. Seseorang yang bertugas untuk mendesain dan membuat pengguna merasa nyaman dalam menggunakan produk berbasis digital disebut dengan User Experience Designer atau UX Designer. UX Designer harus dapat menempatkan pengguna sebagai sentral dari keseluruhan mekanisme proses aplikasi. Sehingga, UX designer akan merancang mekanisme dan struktur aplikasi yang mudah dari sudut pandang pengguna, bukan sudut pandang Designer itu sendiri. Jika UX designer itu mendesain aplikasi hanya berdasarkan pada sudut pandangnya, maka desain yang dimaksudkan belum tentu dimengerti oleh pengguna aplikasi dan berakibat pada kegagalan aplikasi karena sulit dioperasikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan beberapa skill atau kemampuan bagi UX designer. Salah satunya adalah skill komunikasi serta kolaborasi. Skill ini akan membantu UX Designer untuk mengomunikasikan hasil desainnya kepada pengguna, klien, serta manajemen perusahaan. Tanpa skill komunikasi yang baik, penjelasan dari UX Designer akan lebih sulit untuk dimengerti bagi para pendengar. Selain itu, skill kolaborasi juga dibutuhkan untuk UX Designer. Karena, untuk menghasilkan desain yang dapat diterima oleh setiap pengguna, dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak untuk memperluas perspektif dan wawasan UX Designer itu sendiri. UX Designer juga harus dapat berkolaborasi dengan tim IT perusahaan agar tim IT dapat mengimplementasikannya secara nyata untuk produk tertentu.

Selain kolaborasi dan komunikasi, UX Designer juga harus memiliki kemampuan untuk berpikir “out of the box” atau kritis. Hal ini sangat dibutuhkan agar UX Designer dapat menyadari adanya kekurangan pada produk digital yang telah dijalankan. Jika UX Designer tidak memiliki kemampuan berpikir yang “out of the box” maka akan sulit untuk UX Designer dapat menyadari adanya kelemahan pada sistem atau produk yang digunakan. Dengan kata lain, pemikiran kritis yang dimiliki oleh UX Designer akan membantu designer untuk dapat menganalisis serta mengidentifikasi permasalahan dengan mudah dan cepat.

Terdapat pula beberapa unsur yang harus diperhatikan oleh UX Designer dalam mendesain produk digital. Unsur tersebut meliputi People (manusia), design, Activities and Contexts, dan Technologies. Untuk unsur yang pertama adaah people atau manusia. Untuk menerapkan unsur ini, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang UX Designer contohnya adalah, budaya dan psikologi. Dalam hal budaya, seorang UX Designer harus paham mengenai budaya yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat. Sehingga, produk yang akan digunakan dapat diterima dan sesuai dengan budaya yang berlaku dan tidak bertentangan. UX Designer juga harus mempertimbangkan unsur psikologi manusia. Kemampuan untuk mengetahui manusia dari segi psikologis akan membantu UX Designer untuk memahami jalan pikir dan “zona nyaman” pengguna. Sehingga, produk digital yang diciptakan dapat memberikan pengalaman baik kepada pengguna karena dapat dioperasikan berdasarkan psikologis dan jalan pikir manusia.

Dari unsur design, UX designer perlu memperhatikan hal semacacm arsitektur proses pengoperasian aplikasi, desain interaksi, dan human-computer interaction yang mempengaruhi pengalaman pengguna dalam mengoperasikan barang digital. Arsitektur proses pengoperasian aplikasi digunakan untuk menjelaskan detail atau rincian proses mulai dari awal pengguna masuk ke dalam produk atau aplikasi, hingga pengguna keluar dari aplikasi tersebut. Selain itu, UX Designer juga harus dapat memastikan bahwa setiap komponen yang terdapat dalam produk berbasis digital tersebut dapat saling keterkaitan dan menunjukkan hubungan yang benar. Adapula human-computer interaction yang merupakan suatu ilmu untuk melakukan evaluasi serta rancangan interaksi antara manusia dengan komputer itu sendiri. Adanya penciptaan interaksi yang baik akan memudahkan pengguna dalam mengoperasikan produk digital dan menciptakan User Experience yang memuaskan pengguna.

Dari unsur activities dan contexts, UX Designer perlu untuk memperhatikan hal-hal seperti manajemen ilmu pengetahuan, bisnis, serta psikologis organisasi. Manajemen ilmu pengetahuan

sangat dibutuhkan agar ilmu yang telah diterapkan oleh perusahaan dapat terus terikat dengan produk yang ditawarkan kepada pengguna. adanya pengelolaan ilmu pengetahuan juga dapat berguna bagi perusahaan khususnya jika terjadi rotasi atau perputaran karyawan. Sehingga, ilmu pengetahuan tidak hanya melekat pada satu karyawan saja, namun juga pada karyawan lain sehingga ilmu pengetahuan terus diwarisi kepada karyawan lainnya.

Unsur selanjutnya adalah teknologi. UX Designer bukan hanya ahli dalam hal mendesain serta memudahkan pengguna saja, tetapi UX Designer juga harus mengetahui teknologi yang memungkinkan desainer untuk menciptakan pengalaman unik bagi pengguna. Dalam hal ini, UX Designer harus paham mengenai database, sensor, program komputer, dan komponen teknologi lainnya. Dapat dikatakan bahwa, tanpa pengetahuan tentang teknologi, mustahil bagi UX Designer untuk memiliki ide atau inovasi yang kritikal untuk memperbaiki pengalaman pengguna dalam menggunakan aplikasi.

Keempat unsur di atas, harus diperhatikan oleh seorang UX Designer untuk menciptakan desain sistem yang interaktif terhadap suatu produk. Beberapa unsur yang telah dijelaskan di atas sangat berguna bagi UX Designer dalam tugasnya untuk menciptakan “pengalaman” terbaik dari sudut pandang pengguna. Oleh sebab itu, kemampuan UX Designer merupakan hal yang sangat esensial. Tanpa kemampuan yang memadai, sulit bagi UX Designer untuk dapat memahami kebutuhan serta kelemahan dari aplikasi atau produk yang telah ditawarkan.

Sebagai tambahan, terdapat pula kemampuan lain yang akan lebih baik jika dimiliki oleh seorang UX Designer. Salah satunya adalah kemampuan budgeting. Setiap perusahaan tentunya memiliki keterbatasan. Keterbatasan perusahaan yang sering dijumpai adalah ketebatasan biaya. Dengan demikian, maka setiap karyawan harus memikirkan strategi yang efektif untuk dapat mempergunakan keterbatasan dana tersebut dengan sebaik-baiknya. Sehingga, meskipun biaya terbatas, namun karyawan dapat mengalokasikannya dengan efisien sehingga dapat memaksimalkan laba perusahaan. Demikian pula dengan seorang UX Designer. Seorang UX Designer, dalam melakukan riset serta desain produk digital harus dapat memanfaatkan anggaran yang tersedia dengan semaksimal mungkin. Jika seorang UX Designer tidak memiliki kemampuan budgeting yang baik, maka keterbatasan biaya yang menjadi concern perusahaan dapat dihabiskan secara cuma-cuma tanpa menghasilkan “pengalaman” baik untuk pelanggan.

Sebagai kesimpulan, untuk menciptakan sebuah pengalaman yang menarik bagi pengguna dalam mengoperasikan produk digital, dibutuhkan seorang UX Designer yang memiliki beberapa

kemampuan atau skill serta unsur yang harus diperhatikan. Mulai dari kemampuan komunikasi, kolaborasi, hingga kemampuan budgeting untuk memaksimalkan keterbatasan dana yang dimiliki perusahaan. Keberadaan UX Designer ini juga erat kaitannya dengan pengoperasian dari UI atau User Interface produk digital. Jika UI terlihat sangat menarik, namun UX Designer gagal untuk menciptakan “pengalaman” baik kepada penggunanya, hal tersebut juga akan sia-sia. Begitupun sebaliknya, jika UX Designer berhasil memberikan kemudahan, namun tampilan atau desain produk digital tidak menarik, hal ini juga akan mengurangi minat pelanggan dalam menggunakan produk digital yang ditawarkan. Dengan kata lain, seorang UX Designer harus dapat mengidentifikasi adanya aktivitas yang terjadi pada suatu aplikasi, dan mengubahnya sebagai suatu kebutuhan untuk mendesain teknologi yang dapat menimbulkan peluang tercapainya suatu tujuan. Ketika UX Designer berhasil mencapai tujuan, hal ini akan meningkatkan reputasi serta minat penggunanya, dan berdampak pula pada peningkatan profit atau laba yang diterima perusahaan.

REFERENSI:

Benyon, D. (2019). Designing user experience: A guide to HCI, UX and interaction design (4th Edition). Pearson

uxplanet.org. (April 23, 2019). 5 Common challenges UX designers face – And how to overcome them. https://uxplanet.org/5-common-challenges-ux-designers-face-and-how-to-overcome-them-c704f04eb952

Karen Alverina Kristianto dan Ferdianto, S.Kom, M.MSI