School of Information Systems

Meningkatkan Aksesibilitas pada User Interface Design untuk Penyandang Disabilitas

Menurut World Health Organization, lebih dari satu milliar orang atau sekitar 15% dari populasi dunia diperkirakan mengalami disabilitas. Satu milliar tentu bukanlah jumlah populasi yang rendah, jika dibandingkan satu milliar merupakan jumlah yang sama dengan empat kali lipat jumlah populasi negara Amerika Serikat (325 juta). Angka ini juga diperkirakan akan terus meningkat akibat tren kebiasaan buruk dan peningkatan kondisi kesehatan kronik pada generasi muda saat ini.

Walau begitu, di dunia dengan kemajuan teknologi yang pesat, masih terdapat kurangnya perhatian untuk menyediakan produk dengan aksesibilitas yang baik untuk para penyandang disabilitas. Padahal dengan mempertimbangkan aksesibilitas untuk penyandang disabilitas, dapat memungkinkan sebuah bisnis tidak hanya mengembangkan target pengguna produknya namun juga beradaptasi dengan masa depan dimana kebutuhan berdasarkan disabilitas menjadi salah satu kebutuhan penting di masyarakat.

Disabilitas sendiri mengacu pada gangguan kondisi tubuh atau pikiran yang membuat lebih sulit bagi seseorang dengan kondisi tersebut untuk melakukan aktivitas tertentu (activity limitation) dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka (participation restriction). Centres for Disease Control and Prevention (CDC) mengelompokan beberapa disabilitas yaitu disabilitas pada pengelihatan, pergerakan, berpikir, mengingat, belajar, berkomunikasi, mendengar, kesehatan mental, dan hubungan sosial. Setiap kelompok disabilitas tentu membutuhkan bantuan atau kebutuhan yang berbeda-beda.

Pada pengembangan produk digital dengan desain antarmuka atau yang bisa disebut user interface terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas bagi para penyandang disabilitas. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan berdasarkan tipe disabilitas:

1. Gangguan Pengelihatan

Gangguan pengelihatan adalah orang yang mengalami rabun hingga kebutaan total. Selain itu gangguan pengelihatan juga termasuk orang-orang yang mengalami gangguan buta warna. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas pada user interface untuk kelompok penyandang disabilitas ini antara lain:

  • Text Enlargement Tool

Text enlargement tool memungkinkan seseorang dengan gangguan pengelihatan untuk memperbesar teks agar lebih mudah dibaca.

Gambar 1. Text Enlargement Tool

 

  • Colour-blindness Testing Tool

Untuk mengatasi disabilitas buta warna perlu diperhatikan tingkat kontras warna pada user interface design. Terdapat beberapa contrast testing tools yang dapat digunakan untuk memastikan hal ini tercapai, seperti colorable dan contrast ratio.

  • Voice Over/Text to Speech Tool

Voice over/text to speech tool memungkinkan sesorang dengan disabilitas buta total untuk mengaktivasi pengisi suara untuk membacakan atau mendeskripsikan konten pada user interface design.

2. Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran adalah orang yang mengalami kesulitan mendengar hingga tuli total. Disabilitas pendengaran merupakan salah satu disabilitas yang paling mudah untuk ditangani. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas pada user interface untuk kelompok penyandang disabilitas pendengaran:

  • Subtitles

Subtitles memungkinkan sesorang dengan disabilitas pendengaran untuk membaca percakapan ataupun deskripsi pada sebuah konten video.

  • Signal Turn On/Turn Off Music

Signal Turn On/Turn Off Music dapat memudahkan sesorang dengan disabilitas pendengaran untuk mengetahui bahwa sedang ada suara yang dimainkan oleh produk digital.

Gambar 2. Signal Turn On/Off Music

 

3. Gangguan Spektrum Autisme

Gangguan spektrum autism adalah gangguan pada perkembangan otak dan saraf yang dimulai sejak awal masa kanak-kanak dan berlangsung sepanjang hidup sesorang. Gangguan ini memengaruhi kemampuan sesorang dalam berkomunikasi, bersosialisasi, berperilaku, dan belajar. Meskipun bergantung pada tingkat gangguan spektrum autisme berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas untuk kelompok penyandang disabilitas ini:

  • Clean Design

Sesorang dengan gangguan spektrum autisme umumnya mudah terdistraksi. Maka dari itu sangat penting untuk membangun user interface design yang bersih dan mementingkan penggunaan white spaces.

  • Consistency & Dependability

Sesorang dengan gangguan spektrum autisme juga lebih menyukai konsitensi dan keteguhan. Maka dari itu, sangat penting untuk membangun user interface design dengan pengguna layout, komponen dan navigasi yang konsisten.

  • User Control

Pemberian kontrol penggunaan pada penyandang gangguan spektrum autisme juga merupakan hal yang penting. Hal ini dapat dicapai dengan membatasi terjadinya automati referesh dan memberikan instruksi serta pesan yang jelas.

 

4. Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah kerusakan tubuh sesorang baik badan maupun anggota badan baik kehilangan fisik, ketidaknormalan bentuk maupun berkurangnya fungsi. Penyandang disabilitas catat fisik umumnya membutuhkan akomodasi gestur pada produk dengan digital user interface. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas untuk kelompok penyandang disabilitas ini:

  • Large Tab-able Area

Disabilitas catat fisik umumnya menyebabkan terbatasnya kemampuan motoric. Maka dari itu, sangat penting untuk menyediakan click atau tab area (CTA button, Search Bars, Tabs, dan lain-lain) yang besar agar memudahkan sesorang dengan disabilitas ini dalam menggunakan produk digital.

  • Step by Step Tunnels

Step by Step Tunnels adalah user interface design yang memberikan panduan melakukan suatu proses berdasarkan tahapan-tahapan. Bagi sesorang dengan disabilitas cacat fisik hal ini dapat memudahkan penggunaan produk karena kurangnya scrolling.

Gambar 3. Step by Step Tunnels

 

Sumber:

https://uxdesign.cc/considering-accessibility-for-people-with-cognitive-disabilities-and-differences-b208dc132a8c

https://uxdesign.cc/how-to-design-digital-interfaces-with-every-disabilities-in-mind-19572579d7ef

https://www.cdc.gov/ncbddd/disabilityandhealth/disability.html

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/disability-and-health

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/gangguan-perkembangan/autisme/

Shavira Andysa