School of Information Systems

Implikasi Penerapan Sistim Periodik dan Perpetual Terhadap Pengelolaan Persediaan

Dari perbenadingan di atas, jelas terlihat bahwa: untuk tujuan pengawasan persediaan, sistim perpetual jauh lebih baik dibandingkan sistim periodik. Dengan sistim perpetual, management dapat mengetahui nilai persediaan sewaktu-waktu—tanpa perlu menunggu hingga akhir periode.

Khususnya di perusahaan-perusahaan manufaktur, pengawasan terhadap barang persediaan sangat kompleks—dengan adanya potensi barang scrap dan cacat yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan jenis lain. Dalam kondisi seperti ini, jika sistim persediaan yang diterapkan adalah sistim periodik—dimana penurunan (volume dan nilai persediaan) baru diperhitungkan di akhir periode, maka kesempatan untuk mengetahui adanya pemborosan bahan baku, bahan penolong dan kemungkinan adanya barang cacat saat dalam proses produksi menjadi lebih sulit ditelusuri—kemungkinan baru diketahui setelah di akhir periode, dengan kata lain: sudah terjadi.

Efektifitas pengawasan terhadap barang persediaan berimplikasi besar terhadap pengelolaan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Terutama di perusahaan dagang dan manufaktur, sebagian besar kekayaan (asset) perusahaan ada di persediaan—entah itu berupa bahan baku, bahan penolong, barang dalam proses maupun barang jadi. Diantara banyaknya beban yang ditanggung oleh operasional perusahaan, penggunaan persediaan cenderung mendominasi. Jika scope-nya dipersempit, persediaan bahkan mengkonsumsi modal kerja (working capital) paling besar.

Itu sebabnya, bagi managemen perusahaan, pemilihan sistim persediaan yang akan diterapkan (apakah menggunakan sistim perpetual atau periodik) menjadi sangat krusial.

  1. IGP INTERNASIONAL menerapkan system perpetual dengan konsep penyajian berdasarkan biaya perolehan dengan metode rata rata tertimbang (moving average)

Persediaan atau barang yang tersedia dan dimiliki PT. IGP INTERNASIONAL di bagi menjadi:

  • Bahan baku (Raw Materials)
  • Bahan Pendukung (Sub Materials)
  • Bahan Setengah Jadi (Semi Finished Good)
  • Barang Dalam Proses (Work in Process)
  • Barang Jadi (Finished Goods)
  • Barang Rusak (Bad Stock)

Lebih jauh lagi, untuk keperluan management reporting, bahan baku (Raw Materials), dibagi dalam kelompok produk (product group) sebagai berikut :

  • RM – Plastik PP
  • RM – Plastik HD
  • RM – Plastik PE
  • RM – Plastik PELET
  • RM – Plastik PP Tali Rafia
  • RM – Plastik Lainnya

Bahan Pendukung (Sub Materials), dibagi dalam kelompok produk (product group) sebagai berikut :

  • SM – HD/PE
  • SM – Contong Sablon
  • SM – Pewarna Contong
  • SM – Pewarna Plastik FG
  • SM – Pendukung Expenditure
  • SM – Pendukung Lainnya

Barang Dalam Proses (Work in Process) ataua Bahan Setengah Jadi (Semi Finished Good), dibagi dalam kelompok produk (product group) sebagai berikut :

  • SFG – Roll HD
  • SFG – Roll PP
  • SFG – Rol PE
  • SFG – Roll HDKW
  • SFG – Roll RAFI
  • SFG – Roll SABL
  • SFG – Roll HD Natural

Barang Jadi (Finished Goods), dibagi dalam kelompok produk (product group) sebagai berikut :

  • FG – Plastik PP Kantong
  • FG – Plastik HD Kantong
  • FG – Plastik HD Kresek Natural
  • FG – Plastik HD Kresek KW
  • FG – Plastik PE Kantong
  • FG – Plastik PE Lebar
  • FG – Plastik Mulsa
  • FG – Plastik Rafia
  • FG – Plastik Roll PP
  • FG – Plastik Expenditure
  • FG – Lainnya

Barang Rusak (Bad Stock), dibagi dalam kelompok produk (product group) sebagai berikut :

  • BS – Plastik PP Kantong
  • BS – Plastik HD Kantong
  • BS – Plastik HD Kresek Natural
  • BS – Plastik HD Kresek KW
  • BS – Plastik PE Kantong
  • BS – Plastik PE Lebar
  • BS – Plastik Mulsa
  • BS – Plastik Rafia
  • BS – Plastik Roll PP
  • BS – Plastik Expenditure
  • BS – Lainnya

 

I Gusti Made Karmawan