School of Information Systems

Eight Golden Rule: Permit Easy Reversal of Actions

        This rule is for designers to permit easy reversal of actions. Shneiderman explains this rule as the following,

        “As much as possible, actions should be reversible. This feature relieves anxiety, since the user knows that errors can be undone, and encourages exploration of unfamiliar options. The units of reversibility may be a single action, a data-entry task, or a complete group of actions, such as entry of a name-address block.”

       This rule means that the user should always be able to quickly backtrack whatever they are doing. This allows for users to explore the environment without the constant fear of failure. If a user feels like they have to be extremely careful with every action they take, it leads to a slower and nerve-racking experience that no user wants.

        A great example of this rule can be found by comparing a typewriter vs. the word processor. With a typewriter, you often have to type slowly to significantly minimize the number of mistakes that you make. If you did make a mistake, you would have to take the paper out, white-out over the error, feed the paper back into the machine then type again. With the word processor, you can just hit backspace and keep going with your writing.

        To bring it back to a more modern paradigm, imagine you are writing an email to someone. While you are typing, you accidentally hit send, and an incomplete email is sent out to this person. In the past, you would have had to send another email (usually starting off by apologizing about the first email) to convey the information you wanted to say. Recently, Google has added a feature to Gmail that allows a user to “unsend” an email within a certain timeframe from sending it.

       With this new feature, you can now not send the email in the first place, saving you the time of writing a second email and saving the recipient the additional clutter in their mailbox.

       In user experience design, this rule can be applied to many various products and applications and can support the goal of a positive user experience. As humans, we are fallible and if we, as designers can make it easy for people to correct mistakes, will make it more likely someone will engage with and explore your products and applications. With technology forever changing, making your products easy to use and explore can make a difference to the end user and the bottom line.

         Aturan ini digunakan oleh desainer untuk dapat mengembalikan setiap langkah tindakan seperti semula. Shneiderman menjelaskan aturan ini sebagai berikut,

      “Sebisa mungkin, setiap tindakan harus bisa untuk dikembalikan seperti semulanya. Cara ini membantu mengurangi kecemasan pengguna karena mereka tahu bahwa setiap kesalahan dapat diatasi, dan mendorong eksplorasi untuk langkah langkah yang belum diketahui. Unit reversibilitas dapat berupa tindakan tunggal, tugas entri data, atau grup tindakan lengkap, seperti entri blok nama-alamat. “

       Aturan ini berarti bahwa pengguna harus selalu dapat mengembalikan langkahnya dengan cepat apa pun yang mereka lakukan. Hal ini memungkinkan pengguna untuk menjelajahi lingkungan tanpa rasa takut akan kegagalan yang bersifat permanen. Jika seorang pengguna merasa mereka harus sangat berhati-hati dengan setiap tindakan yang mereka lakukan, itu mengarah pada pengalaman yang lebih lambat dan menjadi cemas yang tentunya tidak diinginkan oleh pengguna.

     Contoh yang bagus dari aturan ini dapat ditemukan dengan membandingkan mesin tik dan pengolah kata. Dengan mesin tik, Anda seringkali harus mengetik secara lambat untuk meminimalkan jumlah kesalahan yang Anda buat secara signifikan. Jika Anda melakukan kesalahan, Anda harus mengeluarkan kertas, memutus kesalahan, memasukkan kertas kembali ke mesin, lalu mengetik lagi. Dengan pengolah kata, Anda bisa menekan backspace dan terus menulis.

     Untuk membawanya kembali ke paradigma yang lebih modern, bayangkan Anda menulis email kepada seseorang. Saat Anda mengetik, Anda secara tidak sengaja menekan tombol kirim, dan email yang tidak lengkap dikirim ke orang ini. Di masa lalu, Anda harus mengirim email lain (biasanya memulai dengan meminta maaf tentang email pertama) untuk menyampaikan informasi yang ingin Anda katakan. Baru-baru ini, Google telah menambahkan fitur ke Gmail yang memungkinkan pengguna untuk “membatalkan” email dalam jangka waktu tertentu dari pengirimannya.

      Dengan fitur baru ini, Anda sekarang bisa untuk tidak mengirim emailnya sama sekali saat dibutuhkan, menghemat waktu Anda menulis email perbaikan Anda dan tidak perlu repot lagi untuk membuat email permohonan maaf atas kesalahan isi email di kotak surat mereka.

      Dalam desain pengalaman pengguna, aturan ini dapat diterapkan ke berbagai produk dan aplikasi dan dapat mendukung tujuan pengalaman pengguna yang positif. Sebagai manusia, kita bisa keliru dan jika itu terjadi, sebagai desainer dengan aturan ini maka mereka dapat memudahkan user untuk memperbaiki kesalahan dan akan membuat user lebih mungkin mengeksplorasi produk dan aplikasi Anda. Dengan teknologi yang selalu berubah, membuat produk Anda mudah digunakan dan dijelajahi dapat membuat perbedaan besar bagi pengguna akhir (user) dan keuntungan bagi perusahaannya.

Joni Suhartono