Indonesia dikenal dengan keindahan alamnya, budaya yang kaya, dan hidangan lezatnya. Namun, Indonesia juga mendapatkan gelar kurang membanggakan: sebagai kontributor terbesar pemborosan makanan di kawasan ASEAN. Hanya pada tahun 2021, negara ini menghasilkan sekitar 20,93 juta ton sampah makanan, melampaui kontributor terbesar kedua dengan selisih yang mencengangkan sebesar 124%. Tetapi dari permasalahan ini muncul sekelompok pikiran cerdas dengan visi untuk perubahan.

Perjalanan ini dimulai di ruang kuliah, dalam tugas yang diberikan oleh mata kuliah Bisnis Intelijen & Gudang Data yang diajar oleh Lay Christian, serta Analitik Bisnis yang dipandu oleh Richard. Lucinda Artahni dan Rommy Wijaya, otak di balik Dreamchaser, menetapkan tujuan besar mereka: “Food waste. The Future Renewable Energy Source.”

Latar Belakang Permasalahan
Penelitian awal kelompok ini mengungkapkan masalah yang mengagetkan: status Indonesia yang tak terbantahkan sebagai kontributor terbesar pemborosan makanan di kawasan ASEAN. Statistiknya sangat mengkhawatirkan, dengan produksi pemborosan makanan di tahun 2021 melebihi 20,93 juta ton, melewati kontributor terbesar kedua dengan selisih yang mencengangkan sebesar 124%. Situasi ini tidak hanya menimbulkan kekhawatiran lingkungan, tetapi juga bertentangan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 7: Energi Terjangkau dan Bersih, serta SDG 12: Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab.

Solusi Inovatif: Aplikasi BioLife
Dihadapkan dengan tantangan yang mengkhawatirkan ini, Dreamchaser memulai misi untuk mengubah pemborosan makanan menjadi sumber energi terbarukan. Mereka memperkenalkan aplikasi BioLife, solusi revolusioner yang memanfaatkan limbah makanan untuk menghasilkan biogas. Proses inovatif ini, yang dikenal sebagai pencernaan anaerobik, mengubah bahan organik (limbah makanan) menjadi biogas, sumber energi yang efisien untuk listrik dan gas masak. Dengan demikian, aplikasi ini tidak hanya mengatasi krisis pemborosan makanan, tetapi juga berkontribusi pada masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Proses BioLife
Aplikasi BioLife beroperasi secara lancar melalui empat langkah:
1. Pemasok: Pemasok mengisi formulir pengambilan dalam aplikasi, dengan menginformasikan lokasi mereka dan jumlah limbah makanan yang akan diambil.
2. Pengambilan: Sopir yang ditunjuk diutus ke lokasi pemasok untuk mengambil limbah makanan, memastikan proses yang bebas masalah.
3. Pabrik: Limbah makanan yang terkumpul kemudian diangkut ke fasilitas pengolahan, di mana ia menjalani transformasi menjadi energi terbarukan.
4. Konsumen: Konsumen dapat membeli produk ramah lingkungan yang berasal dari proses ini melalui aplikasi BioLife, mengakhiri lingkaran produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab.

Moment Presentasi Final National
Perjalanan luar biasa ini tidak dilakukan sendirian. Lisa Mega Utomo, Asisten Laboratorium Sistem Informasi dan Pemenang Pertama Proto-A-Thon 2023 pada bulan Juni, memainkan peran penting dalam membimbing tim selama presentasi mereka.

Dreamchaser mendapat pengakuan di tingkat nasional, meraih gelar prestisius sebagai 2nd Runner Up dalam Final Nasional kompetisi ASEAN Data Science Explorer.

Dalam upaya mereka untuk Indonesia yang lebih bersih dan berkelanjutan, Dreamchaser telah menyinari jalan ke depan. Aplikasi BioLife mereka menjadi tanda harapan, tidak hanya mengatasi pemborosan makanan, tetapi juga berkontribusi pada komitmen Indonesia terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.