School of Information Systems

The Elements of Successful UX Design Part 1

Pada tahun 2014 Peter Morville membuat sebuah postingan mengenai 7 element User Experience yang diperlukan untuk membuat sebuah produk bisa berhasil yaitu :

Element-element diatas merupakan element yang memiliki tingkat kepentingan yang sama, maka penjelasan secara singkat untuk masing-masing element diatas adalah sebagai berikut :

  1. Useful: does the product solve the right problem?
  2. Usable: is the product easy to use?
  3. Desirable: is the product enjoyable to use?
  4. Valuable: does the product provide business value?
  5. Fineable: can user find relevant content easily?
  6. Accessible: is the product usable by the people of varying abilities and disabilities?
  7. Credible: does the product feel trust worthy and reliable?
  1. Design for Usefulness

Hal pertama dan yang sangat penting yang perlu diperhatikan untuk kesuksesaan sebuah design produk adalah PRODUK HARUS BENAR-BENAR BERGUNA.

Kita akan menggali lebih dalam bagaimana caranya menentukan apakah sebuah produk tersebut layak untuk dibuat atau tidak.

a.Painkillers and Vitamins

Menurut Jon Burgstone dan Bill Murphy seorang customer akan membeli sebuah produk karena dua alasan yaitu :

  1. Dapat menghilangkan rasa sakit
  2. Dapat menimbulkan kenikmatan ( seperti vitamins)

Menurut Jon dan Bill produk untuk menghilangkan rasa sakit lebih powerful dibandingkan dengan vitamins, namun bukan berarti vitamins yang dapat menimbulkan kenikmatan bagi tubuh manusia tidak dapat sukses. Terbukti facebook membeli instagram lebih dari $1B, dan kemudian membeli snapchat $3B, diantara instagram dan snapchat tidak ada satupun dari produk tersebut yang dapat menghilangkan rasa sakit bagi pengguna yang menggunakannya tetapi tetap menjadi social media yang banyak diminati oleh masyarakat khusunya anak muda. Untuk membuat sebuah produk yang bermanfaat kita harus dapat menganalisa melalui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan olah manusia pada umum.

Mendesain trigger yang tepat untuk memotivasi pengguna dalam menggunakan produk yang kita buat, lalu memberikan rewards kepada costomer penting agar mereka tetap berinvestasi terhadap produk yang kita buat. Apabila kita dapat melakukan validasi terhadap rasa sakit yang telah disembuhkan atau kenikmatan yang diberikan dapat memberikan dorongan untuk penggunaan produk terus menerus secara berulang maka produk kita akan berguna bagi orang yang menikmati dan mengkonsumsinya.

b. Embracing Goal-Centered Design

Design proses yang dilakukan harus bertujuan untuk menemukan pemecahan masalah untuk membantu pengguna. Standfor’s D School menemukan pendekatan yang diberi nama Goal-Centered dan biasa dikenal sebagai “ design thinking Approach” dimana pendekatan ini ada 5 tahapan yaitu :

  1. Empathize : memahami lebih dalam mengenai pikiran, perasaan, opini, behavior dan preferensi dari user. Elemen-elemen tersebut harus masuk dalam pertimbangan sebagai bahan baku dari produk yang akan dibangun
  2. Define : ketika kita telah dapat melihat opportunity atau bentuk dari user research yang kita lakukan, maka tentukanlah masalah sebagai pondasi dasar untuk produk yang dibangun.
  3. Ideate : Mulai pikirkan cara untuk menentukan pemecahan masalah yang telah di define pada tahapan sebelumnya. Ketika hal ini sudah ditentukan maka kita dapat bergeser dari “building the right product” to “building the product right”.
  4. Prototype : ambilah solusi yang terbaik dari tahapan sebelumnya dan buatlah sebuah sketsa atau wireframes untuk digital produk dan buatlah solusi tersebut menjadi prototype yang dapat di test.
  5. Testing : setelah selesai membuat prototype maka kita dapat memulai untuk melakukan testing terhadap prototype tersebut .

To Be Continue

Ariska Pratilova