School of Information Systems

PEMODELAN GREEN IT

Model adalah representasi atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan. Bentuknya dapat berupa fisik (maket, prototype, dan sebagainya), citra (gambar, grafis, dan sebagainya), atau bahkan rumus matematika (Huba, 2012, vhuba.blogspot.co.id).

Atau dengan kata lain, model pada dasarnya cara untuk mengoperasikan atau mengerjakan sesuatu. Pemodelan dapat membantu proses pembelajaran agar terhindar dari pengetahuan yang bersifat terkesan statis dan teoritis. Kehadiran pemodelan sangat membantu dalam pengilustrasian kondisi sesungguhnya – sebagai tiruan untuk mempelajari karakteristik kondisi nyatanya. Dengan demikian, pemodelan pasti memiliki sejumlah asumsi yang berkaitan dengan proses/struktur dari kondisi sesungguhnya.

Gartner, sebuah lembaga riset yang fokus dalam bidang TI, tahun 2007 telah merilis statistik yang menyatakan bahwa diperkirakan pembuatan, penggunaan dan pembuangan peralatan ICT memberikan kontribusi sekitar 2% dari emisi global CO2 dan diprediksi pada 2020, emisi CO2 ini akan naik menjadi 6%. Dengan kata lain, TI di sini ikut berkontribusi terhadap degradasi lingkungan.

Itu sebabnya, Green IT dianggap menjadi solusi untuk membantu mengurangi dampak negatif dari pemanasan global (global warming). Green IT adalah studi dan praktek penggunaan sumber daya komputasi secara efisien. Green IT mengacu pada 2 (dua) hal: (1) mengurangi konsumsi energi ICT, dan (2) menggunakan ICT untuk mengurangi konsumsi energi. Dan untuk membantu mewujudkan implementasi TI yang ramah terhadap lingkungan, maka dibutuhkan sebuah pemodelan Green IT.

Sampai saat ini sudah ada beberapa penelitian mengenai pemodelan Green IT, baik itu dalam bentuk jurnal (berbayar atau gratis dapat didownload dari internet) atau white paper yang dirilis oleh perusahaan tertentu (gratis dapat didownload dari internet).  Namun dari sekian banyak pemodelan yang ada, Model Green IT milik Nuril Kusumawardani Soeprapto Putri, Hudiarto, Argogalih dan Handi Muljoredjo – Universitas Bina Nusantara (2014), dianggap terbaik karena alasan: sederhana, mudah dipahami, representatif, dan mudah diterjemahkan dalam implementasi. Dalam jurnalnya yang berjudul The Use of Green IT Governance Model to Determine Capability Maturity Level in DKI Jakarta Private Higher Education Institutions (2014), Nuril dkk menggambarkan Model Green IT  sebagai berikut:

Konsep dasar model ini adalah target Green IT itu sendiri dari perusahaan, secara umum: minimalisasi konsumsi energi (minimize energy consumption) dan minimalisasi pengeluaran uang (minimize money). Minimalisasi konsumsi energi dapat dilakukan dengan cara: pull strategy (horizontal activity). Minimalisasi pengeluaran uang dapat dilakukan dengan cara: push strategy (vertical activity).

Pull strategy akan fokus pada aktivitas data center. Di mana di dalamnya terdapat: (1) IT efficiency technology, (2) facility efficiency technology, dan (3) integration efficiency technology. Implementasi dari aktivitas horizontal dibutuhkan Model Green Data Center. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat di bawah ini:

Push strategy akan fokus pada penggunaan material. Di mana di dalamnya terdapat: (1) printing-paperless, (2) reuse-recycle, dan (3) rules policy. Implementasi dari aktivitas vertikal dibutuhkan Model E-Waste. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat di bawah ini:

Kedua aktivitas di atas, horizontal dan vertikal, dapat diimplementasikan melalui tindakan best practice. Praktik terbaik di sini dapat didefinisikan sebagai suatu cara paling efisien (upaya paling sedikit) dan efektif (hasil terbaik) untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, berdasarkan prosedur yang dapat diulangi dan telah terbukti ampuh untuk banyak pihak dalam jangka waktu panjang.

Hubungan ketiga gambar di atas jika disederhanakan dapat terlihat di bawah ini:

Selain kampus/sekolah, model ini juga dapat diimplementasikan mudah oleh perusahaan, baik itu berskala kecil atau besar. Pengukuran kesuksesan juga dapat dilakukan melalui Green IT Balanced Scorecard (Green IT BSC) – pemodelan yang diciptakan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton, dibuat khusus untuk  mengukur keberhasilan sebuah aktivitas selaras dengan strategi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Di mana pengukuran keberhasilan ini dilihat dari 4 (empat) perspektif: (1) pembelajaran dan pertumbuhan, (2) proses bisnis internal, (3) konsumen (dalam konteks ini adalah karyawan), dan (4) keuangan. Dan sampai saat ini, BSC masih dinilai sebagai model terbaik dalam mengukur sebuah keberhasilan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah banyak yang menerapkan model tersebut.

Sumber:

  • Fajrin, M Rifan. 2015. “Teknik Pemodelan”. Diambil dari: http://www.rifanfajrin.com/2015/10/teknik-pemodelan.html
  • Huba, Valent. 2012. “Definisi, Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Pemodelan Sistem”. Diambil dari: http://vhuba.blogspot.co.id/2012/10/definisi-karakteristik-dan-prinsip.html
  • Kusumawardani Soeprapto Putri, Nuril; Hudiarto; Argogalih; dan Muljoredjo, Handi. 2014. “The Use of Green IT Governance Model to Determine Capability Maturity Level in DKI Jakarta Private Higher Education Institutions”. Diambil dari: http://www.jatit.org/volumes/Vol61No1/2Vol61No1.pdf
Argogalih