School of Information Systems

Menerapkan A/B Testing pada Website untuk Meningkatkan Conversion Rate Website

A/B testing adalah eksperimen yang menguji perubahan conversion rate antara beberapa variasi dalam website. Tidak peduli berapa banyak waktu yang telah dihabiskan untuk membuat sebuah website, iterasi pertama tidak akan memiliki kinerja sebaik iterasi yang telah melalui beberapa tes A/B Testing. Proses ini bukanlah sekadar bagian waktu untuk merapikan website; upaya ini adalah satu-satunya cara untuk meningkatkan kualitas halaman dalam sebuah situs web. Apabila menjalankan A/B testing dengan baik dan benar, upaya ini akan secara signifikan meningkatkan conversion rate pada website secara otomatis. Ini adalah cara termudah dan termurah untuk meningkatkan standar dari website.

Sebagai contoh, jika ingin meningkatkan jumlah sign up maka dapat menguji beberapa element seperti panjang form, tampilan desain, serta lainnya. Tujuan A/B Testing dalam hal ini adalah untuk mencari tahu apa saja yang mencegah dan mendorong pengunjung untuk mendaftar. Apabila menjalankan A/B Testing dengan baik dan benar, upaya ini akan meningkatkan jumlah pengunjung yang sign up pada website. Tidak hanya itu product onboarding, sales, dan user engagement semuanya dapat dioptimalkan dengan A/B testing. Asalkan mempunyai tujuan dan hipotesis yang jelas.

Langkah-langkah untuk memulai A/B Testing adalah:

  1. Kumpulkan data sebanyak-banyaknya. Lalu analisis data yang telah terkumpul untuk mencari tahu bagian mana saja yang dapat dioptimalkan. Perhatikan data saat traffic sedang tinggi atau rendah. Dengan itu, angka conversion yang rendah dapat ditingkatkan.
  2. Selanjutnya identifikasi tujuan dalam menjalankan A/B Testing. Tujuan bisa berupa jumlah click, jumlah sign up, pembelian produk, dan lainnya.
  3. Pilih metric untuk menentukan apakah variasi yang kamu coba berhasil meningkatkan conversion rate atau tidak.
  4. Setelah memiliki tujuan yang jelas, buatlah gagasan dan juga hipotesis dari A/B Testing untuk mengetahui mengapa variasi terbaru akan lebih baik dari versi aslinya atau sebelumnya. Begitu punya daftar gagasan, prioritaskan berdasarkan dampak yang diharapkan dan kesulitan dalam penerapannya.
  5. Sekarang saatnya membuat perubahan dalam tool A/B Testing. Ada 3 tool umum yang digunakan pada A/B Testing: Optimizely, VWO, dan Google Optimize. Google Optimize ini gratis. Memiliki fitur penuh dan terintegrasi dengan Google Analytics.

Buatlah perubahan yang diinginkan pada situs seperti mengubah warna tombol, mengganti layout, navigasi, dsb. Banyak tools A/B Testing terkemuka memiliki visual editor yang akan membuat perubahan elemen ini menjadi mudah. Contohnya seperti Optimizely.

  1. Lalu gunakan variasi desain tersebut dalam rentang waktu tertentu, agar mendapatkan jumlah angka pengunjung sebagai sample. Tool A/B Testing akan menampilkan beberapa variasi halaman web yang telah diubah. Pengunjung yang masuk dalam waktu yang sama, akan disajikan dengan halaman web yang berbeda.
  2. Ketika data yang dikumpulkan telah terasa cukup, tool A/B Testing akan melaporkan perubahan conversion rate ditiap halaman yang berbeda. Apabila ada perubahan positif yang signifikan, sekarang waktunya untuk memutuskan untuk menerapkan hasil A/B Testing atau tidak. Tetapi kalau hal yang terjadi malah justru sebaliknya jangan khawatir, gunakan A/B Testing ini sebagai pengalaman belajar dan menghasilkan hipotesis baru yang bisa diuji selanjutnya.
  3. Ketika menemukan variasi yang menunjukkan trend positif, cobalah untuk mengidentifikasi mengapa variasi itu dapat bekerja. Hasil positif yang didapat hanyalah manfaat dari A/B Testing. Manfaat lainnya adalah meningkatkan efisiensi kerja dimasa depan dengan test yang lebih baik.

References

Saphiro, J. (2017, Agustus 29). Bagaimana Melakukan A/B Testing pada Website. Retrieved September 28, 2017, from TechInAsia: https://id.techinasia.com/melakukan-ab-testing-pada-website

Christina Natalia Tanuwijaya