School of Information Systems

Klasifikasi Sosial Media

Klasifikasi Sosial Media

Sosial media merupakan elemen yang paling sering diakses oleh para pengguna teknologi masa kini. Tentu saja maraknya hal tersebut memancing para pengembang aplikasi (developer) untuk terus berinovasi dan berlomba-lomba dalam menciptakan sosial media dengan fitur unik, sehingga menarik masyarakat untuk menggunakannya.

Sosial media dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori didasarkan atas teori media research (social presence, media richness) dan social processes (self presentation, self disclosure), yang merupakan komponen utama dari media sosial.  Teori social presence menyatakan bahwa media dapat dibedakan sesuai tingkat kontak suara, visual dan kontak fisik yang dapat dilakukan dalam komunikasi.

Social presence dipengaruhi oleh tingkat intimacy (interpersonal dan mediated) dan immediacy (synchronous dan asynchronous) dari sebuah media komunikasi. Intimacy akan lebih tinggi ketika komunikasi dilakukan secara interpersonal (contoh: diskusi tatap muka)  dan secara synchronous (contoh : komunikasi melalui pesan singkat). Sehingga, semakin tinggi social presence, maka semakin besar pengaruh yang diberikan terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi tersebut.

Terkait dengan social presence, terdapat pula teori social richness, yang berdasarkan asumsi bahwa tujuan dari komunikasi adalah menghilangkan ketidakpastian dan ambiguitas. Teori ini menyatakan pula bahwa media dapat digolongkat ke dalam tingkat sesuai dengan jumlah informasi yang memungkinkan untuk diberikan dalam interval waktu tertentu. Oleh karena itulah beberapa media dinilai lebih efektif dibandingkan media lainnya dalam meminimalisir ambiguitas.  Dalam konteks media sosial, pengelompokkannya akan dibuat berdasarkan degree of social presence dan richness of the medium.

Berdasarkan  teori-teori tersebut, maka sosial media dapat dibedakan menjadi :

  • Weblog (blog)

Menurut Petko (2015), blog atau web-log dapat dianggap sebagai alat teknologi, namun dapat juga digunakan untuk menampung konten pribadi maupun dalam praktik sosial. Sebagai alat teknologi, weblog merupakan web-content management system yang mudah digunakan dan memfasilitasi pengembangan dan pemeliharaan dari website dengan struktur kronologis yang membutuhkan update lebih dari satu kali. Terdapat beberapa contoh blog yang sudah lumrah digunakan, antara lain wordpress (www.wordpress.com), blogger (www.blogger.com), dan tumblr (www.tumblr.com).

  • Collaborative Project

Menurut Kaplan (2010), collaborative project memungkinkan kreasi konten secara sekaligus oleh beberapa pengguna.Salah satu contoh aplikasinya adalah ensiklopedia online Wikipedia.

  • Social Networking Sites (SNS)

Menurut Kaplan (2010), social networking sites merupakan sebuah aplikasi yang memungkinkan para penggunanya untuk saling terhubung dengan membuat profil yang berisi data diri, mengundang teman dan rekan untuk mengaksesnya dan saling berkirim e-mail, serta pesan singkat (instant messanging). Data diri yang dimaksud dalam konteks ini adalah segala bentuk informasi termasuk foto, video, audio, dan blog.

  • Content Communities

Menurut Kaplan (2010),  content communities memiliki tujuan utama untuk membagikan media konten yang dapat dilakukan di antara para penggunanya. Content communities tersedia dalam skala besar untuk berbagai macam tipe medianya, termasuk teks, foto, video, dan presentasi powerpoint.  Pengguna dalam content communities tidak diwajibkan untuk membuat halaman profil, jika diharuskan membuat, maka halaman profil tersebut biasanya hanya akan berisi informasi dasar, misalnya tanggal mulai bergabung dan jumlah konten yang sudah diunggah.

  • Virtual Social World

Menurut Kaplan (2010),  virtual social world memungkinkan para penghuninya untuk memilih perilaku mereka secara lebih bebas dan pada dasarnya tinggal di kehidupan virtual yang menyerupai kehidupan nyata para penggunanya.

  • Virtual Game World

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam virtual world pengguna dapat muncul dalam bentuk avatar yang dibuat dan saling berinteraksi di lingkungan tiga dimensi seperti di dunia nyata. Menurut Kaplan (2010), virtual game world merupakan salah satu bentuk dari virtual world yang mewajibkan para penggunanya untuk berlaku sesuai dengan aturan tegas dalam konteks massively multiplayer online role-playing-game (MMORPG), sehingga memungkinkan beberapa pemain yang tersebar di berbagai negara bermain langsung secara bersamaan.

Referensi :

Kaplan, A.M. and Haenlein, M., 2010. Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media. Business Horizons53, pp.59-68.

Viega