School of Information Systems

ADA ZAT BERACUN DALAM SAMPAH ELEKTRONIK (Part 1)

“Sampah elektronik merupakan ancaman yang cukup nyata bagi kehidupan organisme di Bumi. Sampah elektronik mengandung berbagai bahan berbahaya yang masuk dalam kategori B3, terutama terkait unsur-unsur logam berat sebagai penyusunnya” (Muhammad Ishlah, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), 2013)

Data Sampah Elektronik

Hidup dengan dikelilingi perangkat elektronik merupakan keniscayaan bagi manusia modern. Jika tidak, tentu saja banyak kegiatan akan terhambat, bahkan barangkali tidak dapat belajar, bekerja, atau bermain. Namun yang menjadi masalah saat ini, manusia kerap mengonsumsinya tanpa kesadaran penuh. Masyarakat menjadi begitu konsumtif, sebut saja ponsel contohnya. Data US Cencus Bureau Januari 2014 mengungkap, jumlah ponsel yang digunakan masyarakat Indonesia sebanyak 281 juta. Padahal, penduduk negeri ini hanya sekitar 251 juta. Banyak orang yang memiliki lebih dari satu ponsel untuk berkomunikasi maupun mengakses informasi. Ketika ponsel rusak pun, dengan ringan menggantinya dengan yang baru (2015, infoklasika.print.kompas.com).

United Nation Environment Program (UNEP) bersama kemitraan industri dan masyarakat, merilis data volume sampah elektronik (e-waste) yang dihasilkan masyarakat dunia. Pada 2017, volume sampah elektronik dunia meningkat 33% atau sebesar 65,4 juta ton sampah. Pendataan lewat Solving the E-Waste Problem Initiative pada 2013 sempat mencatat volume sampah alat-alat elektronik di dunia sepanjang tahun 2012 sebesar 48,9 juta ton. Rata-rata, setiap orang dari sekitar tujuh miliar populasi manusia di Bumi menghasilkan tujuh kilogram sampah elektronik per tahun(2013, news.csr.id).

Sampah non-organik yang dihasilkan dari sampah produk elektronik, memang cukup mengkhawatirkan saat ini. Dalam studi lingkungan yang dilakukan United Nations University mencatat bahwa sampah elektronik dunia itu telah mencapai 41,8 juta ton pada 2014. Volume sampah tersebut meningkat drastis dari 2013 yang hanya sekira 39,8 juta ton dalam skala global. Para ilmuwan universitas mencatat bahwa sebanyak 41,8 juta ton sampah elektronik, setara dengan 1,15 juta truk berat yang ditumpuk bersama-sama. Namun sangat disayangkan, para ilmuwan mencatat bahwa limbah sampah elektronik tersebut, justru berasal dari negara-negara yang mengumumkan bahwa wilayahnya adalah ramah lingkungan dari awal tahun 2014(Hasan, 2015, techno.okezone.com).

Dalam daftar negara yang menghasilkan sampah elektronik dunia, peneliti mengungkapkan bahwa Norwegia adalah yang paling besar. Negara ini menghasilkan sampah elektronik mencapai 28,4 kilogram per penduduk. Sedangkan negara di posisi kedua adalah Swiss yang diikuti oleh Islandia, Denmark, Inggris, Belanda, Swedia, Prancis, Amerika Serikat, dan Austria. Dari sampah elektronik yang ada, peralatan rumah tangga seperti mesin cuci menyumbang 60%, sedangkan untuk peralatan komunikasi lainnya seperti ponsel, komputer dan teknologi informasi lainnya sebesar 7%.Dalam perhitungan yang dilakukan para ilmuwan universitas, sampah elektronik yang ada pada 2014 diperkirakan berpotensi dapat dipulihkan kembali dengan nilai sekira USD 52.000.000.000 (Hasan, 2015, techno.okezone.com).

Daftar Pustaka

  • “Sampah Elektronik Dunia Diperkirakan Capai 65 Juta Ton”. Didapat dari: http://news.csr.id/2013/12/sampah-elektronik-dunia-diperkirakan-capai-65-juta-ton
  • “Sampah Elektronik, Mau Dibawa ke Mana?”. Didapat dari: http://infoklasika.print.kompas.com/sampah-elektronik-mau-dibawa-ke-mana/
  • Ditjen PSLB3. 2016.“Soft Launching Pelaporan Triwulan Pengelolaan Limbah B3 Secara Elektronik On-line Ditjen PSLB3”. Didapat dari: http://pslb3.menlhk.go.id/?p=768
  • Hasan, Wahyu Noor. 2015.“Limbah Sampah Elektronik Dunia Capai 41,8 Juta Ton”. Didapat dari:http://techno.okezone.com/read/2015/04/21/56/1137622/limbah-sampah-elektronik-dunia-capai-41-8-juta-ton
  • Larakinanti, Fidia. 2011. “Bahaya Sampah E-Waste”. Didapat dari: http://www.kompasiana.com/kinanti0205/bahaya-sampah-e-waste_550068d9813311a219fa77d8
  • 2016. “Ini Bahayanya Membuang Komputer dan Handphone Bekas”. Didapat dari: http://edupost.id/sainstek/ini-bahayanya-membuang-komputer-dan-handphone-bekas/
  • Sudaryanto; Yusriyah, Kiayati; dan Andesta, Erry T. “Studi Komparatif Kebijakan Pengelolaan Sampah Elektronik di Negara Berkembang”. Universitas Gunadarma. Didapat dari: http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6906/1/Studi%20Komparatif%20Pengelolaan%20Sampah%20Elektronik.pdf
Argogalih, S.E., M.M.