School of Information Systems

Fallacies (Bagian 2)

Bedah Buku: Introduction to Logic

Irving M. Copi/Carl Cohen/Kenneth McMahon

14Th edition

Klasifikasi dari Fallacies

Ada beragam jenis fallacy. Irving et al (2014) membagi beberapa macam fallacy ke dalam kategori tertentu agar dapat mempermudah para pengguna logika dalam mengidentifikasi dan menghindari kesalahan konstruksi pemikiran. Adapun kategori fallacy tersebut adalah:

+ Fallacies of Relevance (disimbolkan dalam R)

Fallacies of relevance adalah tipe fallacy yang paling sering ditemui. Di mana fallacy tipe ini adalah tipe fallacy yang memiliki pernyataan atau argumentasi yang tidak sesuai dengan konklusinya. Tipe fallacy jenis ini seringkali digunakan oleh para peneliti yang senang “memaksakan” sesuatu pernyataan agar terlihat logis. Ada tujuh fallacy tipe relevance ini, diantaranya: (R1) The appeal to the populace, (R2) The appeal to the emotion, (R3) The red herring, (R4) The straw man, (R5) The attack on the person, (R6) The appeal to force, (R7) Missing the point (irrelevant conclusion).

–           R1. The appeal to the populace (Argumentum ad Populum) → adalah fallacy yang muncul oleh karena konklusinya mengacu pada anggapan yang bersifat popular. Argumen R1 biasanya sering terdapat pada suatu produk iklan. Contoh: Semua perokok selalu diidentikan dengan pria yang jantan. Apabila ada seorang pria tidak merokok, menurut anggapan popular (umum) pria tersebut tidaklah jantan.

–          R2. The appeal to the emotion (appeal to pity) → adalah fallacy yang timbul dari argumentasi pemikiran yang bersifat mengasihani, bermurah hati, ketidak-tegaan atau terkait dengan hati nurani. Argumen R2 biasanya sering terjadi pada kasus-kasus peradilan hokum. Contoh: Semua pelaku pencurian wajib dihukum penjara (ditindak secara pidana). Mak ijah yang berumur 70 tahun mengambil sebuah buah mangga yang jatuh dari pohon tetangga tanpa izin. Maka Mak ijah dapat diklasifikasikan sebagai seorang pencuri dan wajib dihukum penjara.

–          R3. The red herring → adalah fallacy yang argumentasi sebagai pusat perhatian (focus) secara sengaja dialihkan jauh dari permasalahan yang sedang dibahas. Tujuannya adalah untuk membingungkan orang. Argumen R3 lebih sering digunakan dalam politik pencitraan. Contoh: Mr. Richie Rich Sugih Arto bin Tajir Melipir adalah orang terkaya nomor 1 di Indonesia. Hutang Mr. Richie adalah 24 Triliun rupiah (fakta). Namun, oleh karena Mr. Richie adalah orang terkaya di Indonesia dan berbagai kampanye di media menyatakannya demikian maka orang-orang awam sudah pasti berpikiran: “apabila melakukan investasi di perusahaan Mr. Richie akan aman-aman saja tanpa gangguan. Karena Mr. Richie adalah orang terkaya nomor 1 di Indonesia”.

–          R4. The straw man → adalah fallacy yang argumentasinya selalu menempatkan posisi “lawan” sebagai posisi yang ekstrim, mengancam, atau tidak masuk akal daripada kenyataan atau fakta yang sebenarnya terjadi. Argumen R4 sering terdapat pada kasus kejahatan yang sengaja ditutup-tutupi untuk melindungi kepentingan tertentu. Contoh:  Militer yang menyerang penduduk sipil dikategorikan sebagai kejahatan perang. Negara X menjatuhkan bom nuklir di Negara Y di Kota Z. Seharusnya Negara X dapat dikategorikan sebagai penjahat perang. Karena secara membabibuta melakukan pemboman di daerah sipil. Menggunakan alasan “World at War” dengan pemikiran fallacy tipe R3 di mana Negara A (sebagai lawan) adalah si pembuat onar dan demi antisipasi ancaman dari pihak Negara A yang mungkin muncul di kemudian hari, maka Negara X dapat lolos dari logika (yang seharusnya) konklusi “penjahat perang”.

–          R5. Argument against the person (Argumentum ad Hominem) → adalah fallacy yang argumentasiya menyerang pihak (orang) tertentu yang sedang memegang peranan. Tujuannya adalah untuk menjatuhkan citra pihak tertentu dengan argumentasi yang tidak didasari fakta yang jelas. Contoh: Semua orang yang memiliki senjata pemusnah massal adalah teroris dan harus dihancurkan. Mr. X memiliki senjata pemusnah massal (klaim Mr. Y). Maka Mr. X adalah teroris dan harus dihancurkan. (apakah benar Mr. X benar-benar memiliki senjata pemusnah massal? Atau hanya klaim Mr. Y ?)

–          R6. The Appeal to Force (Argumentum ad Baculum) → adalah fallacy yang argumentasinya dibekali oleh kepentingan tertentu. Kepentingan tersebut bisa berasal dari pihak-pihak yang memiliki kekuatan untuk “memaksa”. Contoh pada pemilu presiden Republik Indonesia zaman lalu, di mana semua orang memilih Partai X terutama untuk keluarga dari pegawai pemerintahan. Alasan orang memilih Partai X adalah karena Partai X adalah partai yang sempurna dan tidak ada partai lain yang sebaik Partai X.

–          R7. Missing the Point (Ignoratio Elenchi) → adalah fallacy yang argumentasinya tidak terkonstruksi kuat, sehingga ketika ada bantahan dari argumentasi lain maka argumentasi awal menjadi lemah dan malah mendukung konklusi yang berbeda daripada mendukung argumentasi itu sendiri. Atau dengan kata lain premis-premis awal terbantahkan sehingga menghasilkan konklusi yang mengikuti alur argumentasi si pembantah. Contoh: sering terjadi ketika sidang skripsi atau tesis mahasiswa. Di mana banyak argumentasi-argumentasi dari mahasiswa yang berhasil dibelokkan oleh penguji dan akhirnya semua konklusi menjadi tidak ada esensinya.

+ Fallacies of defective induction (disimbolkan dalam D)

Meskipun konstruksi premis dalam tiap argument terlihat memiliki relevansi atau keterkaitan dengan konklusinya, namun kerangka pemikirannya terlalu lemah dan tidak efektif. Kerangka pemikiran yang lemah akan menghasilkan konklusi yang tidak akurat pula, hal tersebut dapat menjadi backfire. Ada empat kategori fallacy pada tipe ini, diantaranya: (D1) The argument from ignorance, (D2) The appeal to inappropriate authority, (D3) False cause, (D4) Hasty generalization.

–          D1. The argument from ignorance → adalah fallacy yang argumentasinya terlihat benar oleh karena belum ada pembuktian mengenai kesalahan dari argumentasi tersebut. Atau argumentasi terlihat salah oleh karena belum ada pembuktian mengenai kebenaran dari argumentasi tersebut. Contoh: pada zaman geosentris, teori bumi sebagai pusat tata surya oleh Ptolemy terlihat benar. Sampai ketika teori Copernicus tentang matahari sebagai pusat tata surya (heliosentris) barulah teori geosentris terpatahkan.

–          D2. The appeal to inappropriate authority → adalah fallacy yang argumentasinya terlihat atau dirasa benar oleh karena seorang ahli mengatakan bahwa argumentasi tersebut adalah benar. Contoh: sampai saat ini kebanyakan peneliti selalu mengatakan bahwa penelitian dengan metode kuantitatif harus menarik pembuktian hipotesis. Sampai pada temuan-temuan studi yang dirangkum oleh J. W. Cresswell (2009) dalam bukunya, ia mengatakan bahwa sah-sah saja penelitian kuantitatif tidak harus menarik kesimpulan oleh karena “mother nature” dari penganut paham positivis yang selalu menyangsikan produk olahan statistic. Bahkan Raya Fidel (2008) dalam artikel jurnalnya menyatakan bahwa setiap penelitian yang memiliki produk berupa angka dapat disebut sebagai penelitian kuantitatif.

–          D3. False cause → adalah fallacy yang argumentasinya menempatkan suatu penyebab yang bukan penyebab sebenarnya seolah-olah menjadi suatu akibat terjadinya permasalahan tertentu. Contoh: Kebakaran pasar-pasar tradisional di daerah Jakarta selalu disebabkan oleh hubungan arus pendek atau korsletting listrik. Apakah penyebab lain kebakaran seperti perbuatan sabotase tidak dipertimbangakan sebagai argumentasi premis mayor?

–          D4. Hasty generalization → adalah fallacy yang argumentasinya berdasar pada sejumlah kecil kejadian atau fakta tetapi berani digeneralisasikan sebagai akar masalah atau penyebab dari suatu fenomena. Atau dengan kata lain fakta yang belum valid sudah dijadikan dasar generalisasi. Contoh: Jumlah penduduk miskin di Indonesia menurut statistic tahun 2013 sangat berkurang dibandingkan dengan statistic tahun 2004 jika ditelaah dari jumlah kepemilikan kendaraan bermotor. Salah satu hal yang mungkin dapat menjadi pertanyaan (kontroversi) adalah: “Berapa banyak kuota kepemilikan kendaraan bermotor oleh penduduk yang diperbolehkan oleh pemerintah? Dan siapakah yang disurvei?” Apakah yang disurvei adalah keluarga dengan anggota keluarga sebanyak ayah, ibu, dan seorang anak dengan kepemilikan empat mobil dan tiga sepeda motor?